Senin 26 Jun 2023 07:34 WIB

Haruskah Waktu Puasa Arafah dan Idul Adha Ikut Saudi? Ini Penjelasan Ketum Persis

Banyak Muslim berpuasa arafah jelang Idul Adha.

Rep: Muhyiddin/ Red: Erdy Nasrul
Berdoa ketika berpuasa (ilustrasi)
Foto:

Kiai Jeje menjelaskan, perintah puasa Arafah adalah “Shaum yaum Arafah”. Artinya, puasa pada hari Arafah bukan berarti berpuasa karena adanya perbuatan jamaah haji yang sedang melaksanakan wukuf di Arafah, bukan pula berpuasa karena tempatnya di Arafah. Menurut Kiai Jeje, di sinilah letak perselisihannya, sehingga harus diperhatikan dengan cermat.

"Sebab jika Arafah sebagai tempat dan sebagai aktivitas wukuf menjadi syaratnya, maka puasa Arafah hanya ada jika ada yang wukuf di Arafah. Padahal syariat ibadah shaum Arafah berlaku baik ada yang sedang wukuf ataupun tidak ada yang wukuf," ucap dia.

Maka, pelaksanaan wukufnya jamaah haji dan keberadaan tanah Arafah, tidak termasuk ke dalam rukun, syarat, sabab, maupun mani’ (penghalang) dari adanya perintah dan pelaksanaan puasa Arafah.

Menurut Kiai Jeje, seandainya puasa Arafah dikaitkan secara langsung dengan aktivitas wukufnya jamaah haji ataupun karena keberadaan tempat Arafah, mestilah ia menjadi salah satu bagian dari terlaksananya hukum taklify. 

"Apakah ia sebagai syarat, rukun, atau sabab? Atau jika tidak ada yang wukuf menjadi penghalang (mani’) terlaksananya puasa Arafah. Pada faktanya tidak ada satupun dalil bahkan fatwa ulama sekalipun, yang menjadikan aktivitas wukuf sebagai rukun, syarat, maupun sabab pensyariatan puasa Arafah," katanya.

Dia pun menegaskan bahwa puasa Arafah sudah disyariatkan sejak tahun kedua Hijrah sedang syariat ibadah haji baru pada tahun ke enam atau ke sembilan Hijrah. Jadi, selama empat atau tujuh tahun, kaum muslimin puasa Arafah tanpa memperhatikan kapan jamaah haji wukuf, atau tanpa memperhatikan ada atau tidak adanya yang wukuf di Arafah. 

Lihat halaman berikutnya >>>

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement