REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Hari Raya Idul Adha merupakan hari raya besar umat Islam dan menjadi simbol tanda syiar agama Islam. Kegiatan berkurban sudah ada sejak Allah Swt menurunkan wahyu kepada nabi Ibrahim, yang kemudian diikuti oleh umat Islam selama bertahun-tahun hingga sekarang ini.
Nabi Ibrahim sendiri merupakan Ulul Azmi. Beliau juga disebut Abul Anbiya’ karena memiliki banyak keturunan para nabi, di antaranya adalah Nabi Ishaq, nabi Ya’kub, nabi Yusuf, nabi Ismail dan nabi akhiruzzaman Muhammad SAW.
Namun, syariat ibadah kurban ini berawal dari kisah nabi Ibrahim dengan putranya yang bernama nabi Ismail. Sebagaimana dikisahkan dalam Alquran,
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَبُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَأَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّبِرِينَ (١٠٢) فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ (١٠٣) وَنَدَيْنَهُ أَن يَإِبْرَاهِيمُ (١٠٤ ) قَدْ صَدَّقْتَ الرُّءْ يَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ (١٠٥) إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَاؤُا الْمُبِينُ (١٠٦) وَفَدَيْنَهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ (١٠٧) وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآخِرِينَ (١٠٨)
"Tatkala anak itu (yakni Ismail) telah sampai (pada usia mampu) berusaha bersama-sama Ibrahim, maka Ibrahim berkata, 'Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!" Ismail menjawab, 'Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang bersabar." Ketika keduanya telah berserah diri, dan Ibrahim telah membaringkan putranya pada pelipis-(nya). (terbuktilah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia, 'Wahai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang- orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar- benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor hewan sembelihan yang besar.' Dan Kami abadikan untuk Ibrahim (reputasi yang baik) di kalangan umat manusia yang hidup kemudian." (QS Ash-Shaffat [37]: 102-108)
Dalam buku “Buku Pintar Puasa Ramadhan, Zakat Fitrah, Idul Fitri, Idul Adhah” karya Abu Abbas Zain Mistafa al-Basuruwani telah dijelaskan banyak hikmah yang dapat kita pelajari dari kisah nabi Ibrahim dan Ismail tersebut. Ini dia beberapa hikmahnya:
1. Ketaatan Mutlak
Nabi Ibrahim menaati sepenuhnya perintah Allah Swt untuk menyembelih anaknya sendiri yaitu Ismail yang saat itu berusia 13 tahun. Sebuah perintah yang sangat berat, namun nabi Ibrahim tetap menjalankan perintah Allah tanpa ragu sedikitpun. Dari sini kita dapat mengambil hikmah bahwa manusia wajib menjalankan perintah Allah tanpa harus mengetahuinya terlebih dahulu.
2. Keimanan Mutlak
Keimanan secara mutlak kepada Allah Swt, nabi Ibrahim mencontohkan dengan beriman kepada Allah dengan sangat tulus tanpa ragu, jernih, bersih dari noda-noda keduniawian lainnya.
3. Ibadah Sosial karena Allah
Kurban dapat dijadikan sarana membangun kebersamaan dan keharmonisan hubungan antara yang punya dengan yang tidak punya. Dalam menjalankan ibadah sosial seperti kurban ini, kita semata-mata menjalankan perintah tanpa mengharapkan balasan dari orang lain.
4. Islam tak Mengajarkan Membunuh
Islam adalah agama rahmat bagi alam semesta, tidak hanya kepada umat Islam tapi kepada seluruh makhluk Allah Swt. Nabi Ibrahim tidaklah diperintah oleh Allah untuk menyembelih putranya melainkan hanya sebagai ujian semata.
Dalam ajaran Islam sudah dijelaskan bahwa menghilangkan satu nyawa manusia adalah sebuah kejahatan yang sangat dikecam, bahkan disamakan dengan membunuh seluruh umat manusia dan membunuh adalah musuh kemanusiaan.
5. Anak Saleh Hasil Didikan Orang Tua yang Saleh
Betapa nabi Ismail dengan kesalehannya yang luar biasa dan keimanan yang mendalam, begitu rela menyerahkan nyawanya untuk disembelih oleh ayahnya sendiri yang sudah diperintahkan oleh Allah Swt.
Sifat yang dimiliki oleh nabi Ismail adalah bentuk didikan yang luar biasa dari nabi Ibrahim As. Beliau tidak sebatas memikirkan jasmani dan duniawi anaknya saja . Akan tetapi, juga memprioritaskan didikan rohani dan ukhrawi putranya.