REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lelaki ini termasuk dalam jajaran Kubbarut Tabiin (tabi’in senior), dia adalah Abu Bakar bin Abdurrahman bin Al-Harits, seorang ahli fikih dan ahli ibadah. Keterbatasan fisiknya tidak membuatnya lengah untuk menuntut ilmu.
Dikutip dari buku Kisah Para Tabiin oleh Syaikh Abdul Mun'im Al-Hasyimi, Dia buta, akan tetapi dia tetap menempuh jalannya mencari ilmu, mencoba untuk memenangkan akalnya dengan meninggalkan penglihatannya sebagaimana yang Allah kehendaki baginya. Sungguh, Allah telah memberikan pengganti yang lebih baik baginya dari apa yang telah hilang darinya.
Dia adalah seorang perawi hadits yang diakui dengan banyaknya periwayatan, dia meriwayatkan hadits dari banyak sahabat senior, di antaranya: Ammar bin Yasir, Abu Mas'ud Al-Anshari, Aisyah Ummul Mukminin radhiyallahu \'anha, Ummu Salamah istri Rasulullah ﷺ, Abu Hurairah, Asma binti Umais istri Ja'far bin Abi Thalib, dan masih banyak lagi yang lainnya yang tidak mungkin disebutkan semuanya di sini.
Sedangkan orang-orang yang meriwayatkan darinya adalah: Umar bin Abdul Aziz Amirul Mukminin dan putra-putranya, Ibnu Syihab Az-Zuhri, dan rawi-rawi yang lainnya.
Dia telah menyatukan antara kecermatan periwayatan dan kebenarannya, juga takhrij dan permberian fatwa berdasarkan ra'yu. Dia termasuk salah seorang syekh di antara syekh-syekh ilmu fikih di Madinah yang berpegang pada ra'yu, pemurnian riwayat, dan takhrij hadits.
Dia adalah pemilik manhaj dalam bidang ilmu fikih yang berdasarkan logika dan atsar, dia memberikan fatwa-fatwa seorang ahli ilmu, sehingga ilmunya tersebar luas, majelisnya penuh sesak, fikihnya dibukukan, dan murid-muridnya pun mengambil ijtihad darinya terkait riwayat dan fatwa yang dia sampaikan.
Abu Bakar bin Abdurrahman bin Al-Harits adalah salah satu di antara orang-orang yang suka melaksanakan shalat di waktu siang dan malam, shalat fardhu maupun shalat sunnah. Oleh karenanya, dia berhak mendapatkan gelar “rahib” Quraisy.