Kamis 08 Jun 2023 12:18 WIB

Dapat Penghasilan dari Platform Digital, Halalkah?

Kita bisa menuai pahala jika konten yang disebarkan berupa sesuatu positif.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Ani Nursalikah
Sejumlah Konten Kreator saat membuat konten pada acara Helophoria di M Bloc Space, Jakarta. Dapat Penghasilan dari Platform Digital, Halalkah?
Foto:

Oleh karenanya, berprofesi sebagai youtuber bisa jadi tergolong aktivitas yang mulia dan menuai pahala jika konten yang disebarkan ke media sosial berupa sesuatu yang positif, seperti menyeru kebajikan (ma’ruf), mencegah yang dilarang (munkar), motifasi ibadah, mempererat silaturahim dan konten positif lainnya.

Wakil Sekretaris komisi Fatwa MUI KH Abdul Muiz Ali juga telah menyampaikan, berprofesi sebagai youtuber bisa jadi tergolong aktivitas yang mulia dan menuai pahala jika konten yang disebarkan ke media sosial berupa sesuatu yang positif, seperti menyeru kebajikan (ma’ruf), mencegah yang dilarang (munkar), motivasi ibadah, mempererat silaturahim dan konten positif lainnya.

Namun, profesi youtuber juga bisa menjadi terlarang (haram) jika konten yang disebarkan ke media sosial memuat atau menuai sesuatu yang negatif, seperti menyebarkan berita bohong (hoax), ujaran kebencian (hate speech), menghasut, memfitnah, dan konten lainya yang dapat mencederai dirinya ataupun orang lain.

Dalam hadits riwayat Muslim, Rasulullah SAW bersabda:

إنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ، يَنْزِلُ بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدَ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ

"Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan kalimat tanpa dipikirkan terlebih dahulu, dan karenanya dia terjatuh ke dalam neraka sejauh antara timur dan barat." (HR Muslim)

وقَدْ كَثُرَ في هذا الزَّمانِ التَّساهُلُ في الكَلامِ حَتَّى إنَّهُ يَخْرُجُ مِنْ بَعْضِهِمْ ألْفاظٌ تُخْرِجُهُمْ عن الإسْلامِ، ولا يَرَوْنَ ذٰلك ذَنْبًا فَضْلًا عن كَوْنِهِ كُفْرًا

"Pada zaman ini benar-benar telah banyak peremehan terhadap suatu perkataan, sehingga keluar dari sebagian orang kata-kata yang dapat mengeluarkan mereka dari Islam, dan mereka tidak menyangka bahwa itu dosa apalagi kekufuran". (Abdullah bin Husain bin Tohir Ba Alawi Al-Hadhrami Al-Syafi'i, Sullam at-Taufiq, hlm 9)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement