REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Banyak umat Islam yang memimpikan untuk tabarruk di makam Nabi Muhammad SAW di Kota Madinah. Mereka berharap bisa mendapatkan keberkahan (tabarruk) dengan menziarahi makamnya Rasulullah SAW.
Saat masih muda, ahli hadits termasyhur, Imam bukhari juga pernah melakukan tabarruk ke makam Nabi Muhammad SAW. Hal ini sebagaimana diterangkan dalam kitab Fath al-Bari yang disusun Imam Bukhari:
قَالَ فَلَمَّا طَعِنْتُ فِي ثَمَانِيَ عَشَرَةَ وَصَنَّفْتُ كِتَابَ قَضَايَا الصَّحَاببَةِ وَالتَّابِعِيْنَ ثُمَّ صَنَّفْتُ التَّارِيْخَ فِي الْمَدِيْنَةِ عِنْدَ قَبْرِ النَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكُنْتُ أَكْتُبُهُ فِي اللَّيَالِي الْمُقْمِرَةِ (فتح الباري - ابن حجر - ج 1 / ص 478)
“Ketika saya (al-Bukhari) menginjak usia 18 tahun, saya mengarang kitab himpunan nama sahabat dan tabiin. Kemudian saya mengarang kitab ‘Tarikh’ di Madinah, di dekat makam Nabi SAW, dan saya menulisnya di malam-malam purnama.” (Fath al-Bari 1/478).
Pentashih kitab at-Tarikh al-Kabir, Abu al-Wafa’ al-Afghani menyatakan:
قُلْتُ فَهَذَا مِنْ بَرَكَاتِ جِوَارِ النَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ حَيْثُ عَمَّ نَفْعُهُ. (التاريخ الكبير - ج 6 / ص 549)
“Saya (Abu al-Wafa’ al-Afghani) katakan: Ini (kitab Tarikh Bukhari) adalah berkah berada di dekat Nabi SAW, yang manfaat kitabnya telah merata.” (pentashih kitab at-Tarikh al-Kabir).
Maka, berdoa, tabarruk dan berziarah ke makam para ulama atau wali dianjurkan dalam Islam. Apalagi, ada sebuah riwayat yang menerangkan bahwa Nabi SAW juga mengangkat tangannya saat berada di Kompleks Makam Baqi’, Madinah.
ثُمَّ انْطَلَقْتُ عَلَى إِثْرِهِ حَتَّى جَاءَ الْبَقِيعَ فَقَامَ فَأَطَالَ الْقِيَامَ ثُمَّ رَفَعَ يَدَيْهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ
Artinya: “Saya (Aisyah) berjalan di belakang Nabi, hingga Nabi sampai di makam Baqi’, lalu berdiri lama, kemudian mengangkat kedua tangannya, sebanyak tiga kali.” (HR Muslim).
Makam paman Nabi SAW, Sayyidina Hamzah juga banyak diziarahi umat Islam. Hal ini didasarkan pada keterangan berikut:
اُسْتُشْهِدَ حَمْزَةُ يَوْمَ أُحُدٍ فِى نِصْفِ شَوَّالٍ مِنَ السَّنَةِ الثَّالِثَةِ مِنَ الْهِجْرَةةِ بَعْدَ أَنْ قَتَلَ أَحَدًا وَثَلاَثِيْنَ مِنَ الْكُفَّارِ، وَدُفِنَ عِنْدَ أُحُدٍ فِى مَوْضِعِهِ، وَقَبْرُهُ مَشْهُوْرٌ يُزَارُ وَيُتَبَرَّكُ بِهِ (تهذيب الأسماء - ج 1 / ص 227)
“Hamzah meninggal secara syahid di perang Uhud di pertengahan Syawal tahun ke tiga Hijriyah, setelah membunuh 31 orang kafir. Makamnya popular, diziarahi dan dicari berkahnya.” (Imam an-Nawawi, Tahdzib al-Asma’ 1/227).