Ahad 04 Jun 2023 14:42 WIB

Perbedaan Semestinya Antara Muslim dan Kafir Ketika Hidup di Dunia   

Kehidupan dunia merupakan ladang beramal bagi setiap umat manusia

Rep: Zahrotul Oktaviani / Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi kehidupan di alam kubur. Kehidupan dunia merupakan ladang beramal bagi setiap umat manusia
Foto:

Kehidupan setelah kematian sejati nya dimulai sesaat setelah ruh manusia berpisah dari jasadnya dan diangkat ke langit lalu dikembalikan lagi ke alam barzah. Dalam surat Al Ankabut ayat 57 Allah SWT berfirman: 

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۖ ثُمَّ إِلَيْنَا تُرْجَعُونَ "Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kemudian hanya kepada Kami kamu dikembalikan." 

Setiap orang akan merasakan kematian, tanpa terkecuali Nabi sekalipun. Hakikat dari kematian adalah waktu terputusnya untuk beramal dan masuk dalam alam hisab. 

Di dunia, orang cenderung bebas melakukan hal apa pun. Baik yang bersifat baik maupun buruk. Ini terjadi karena tidak akan ada yang menghitung dan menilai setiap perbuatan manusia di dunia. Namun, berbeda dengan setelah kematian, sekecil apa pun perbuatan di dunia akan dipertanggungjawabkan.

Untuk menyiapkan kehidupan setelah kematian, Rasulullah SAW pernah bersabda kepada Abdullah bin Umar RA: 

كُنْ فِـي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيْلٍ  "Jadilah engkau di dunia ini seolah-olah seseorang yang asing atau seorang musafir." 

Nabi selalu memberikan pesan kepada sahabat untuk tidak menyia-nyiakan waktu yang dipunya selama di dunia dan memanfaatkan dengan sebaik-baiknya dalam urusan agama.

Baca juga: 7 Daftar Kontroversi Panji Gumilang Pimpinan Al Zaytun yang tak Pernah Tersentuh

Kematian sejatinya adalah pembeda antara dunia ini dan dunia yang hidup selama-lamanya. 

Kematian adalah pemisah antara waktu untuk beramal dan waktu untuk ganjaran atas amal serta pemisah antara waktu pengumpulan amal dan perhitungan atas amal yang sudah dikumpulkan.

Setelah kematian datang, tidak ada satu pun yang bisa mengungkapkan alasannya dalam berperilaku selama hidup di dunia. Dia akan menanggung segala dosa maupun pahala yang dikumpulkan selama masa hidupnya.

 

"Bahkan, Nabi pernah bersabda bahwa sesungguhnya tiap-tiap manusia berada dalam bahaya karena tidak tahu kapan akan mati. Kematian tidak membedakan mana anak-anak dan mana yang tua, pun tidak membedakan mana yang sakit kronis dan parah dengan yang sehat walafiat," ujar Ustadz Ahmad.    

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement