Sabtu 03 Jun 2023 17:00 WIB

Kisah Penyembelihan Kurban Saat Rasulullah SAW Umroh Qadha

Rasulullah menetap di Makkah selama tiga hari.

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Muhammad Hafil
 Kisah Penyembelihan Kurban Saat Rasulullah SAW Umroh Qadha. Foto:  Ilustrasi Kurban Unta
Foto: Republika/Mardiah
Kisah Penyembelihan Kurban Saat Rasulullah SAW Umroh Qadha. Foto: Ilustrasi Kurban Unta

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH --Dengan tibanya bulan Zulkaidah, tersiar kabar bahwa Rasulullah dan para sahabat hendak melakukan umroh qadha. Siapa pun yang dulu ikut dalam peristiwa Hudaibiyah disuruh berangkat. Karena itu, mereka pun berangkat kecuali yang mati syahid. Di samping mereka, ada pula orang-orang yang memang ingin melakukan umroh. Jumlah mereka dua ribu orang selain wanita dan anak-anak.

Mengutip buku Sirah Nabawiyah tulisan Syaikh Shafiyyurrahman Al Mubarakfuri mengebutkan bahwa penduduk Madinah diwakilkan kepada Uwaih bin Abu Rahm Al-Ghifari. Ada 60 ekor unta untuk kurban yang dibawa serta. Najiyah bin Jundab ditunjuk sebagai penanggung jawab untuk mengurusi hewan kurban ini.

Baca Juga

Rasul mengenakan pakaian ihram untuk umroh semenjak dari Dzul Hulaifah dan bertalbiyah diikuti orang-orang Muslim. Di samping itu, beliau juga mempersiapkan senjata dan pasukan, karena mengkhawatirkan pihak Quraisy akan berkhianat. Setibanya di Ujaj, seluruh senjata diturunkan, seperti perisai, anak panah, pedang, dan tombak. Orang yang bertanggung jawab terhadap persenjataan ini adalah Aus bin Khauli Al-Anshari bersama seratus orang.

Rasulullah masuk Makkah sambil membawa senjata seperti layaknya seorang pengembara, berupa pedang yang disarungkan. Tatkala masuk Makkah, Rasul naik di atas punggung ontanya yang bernama Al-Qashwa, sedangkan orang-orang muslim lainnya menyandang pedang di pinggang, berkerumun di sekitar beliau sambil mengucapkan talbiyah.

Orang-orang musyrik mengungsi sementara waktu ke Bukit Qaiqa an yang terletak di sebelah utara Makkah, untuk melihat apa yang dilakukan orang-orang Muslim. Mereka saling kasak kusuk. "Ada para utusan yang sedang digerogoti penyakit Yatsrib, datang kepada kalian,"ujar kaum musyirikin.

Nabi memerintahkan para sahabat untuk berjalan cepat dalam tiga kali putaran dan berjalan biasa antara dua rukun. Beliau memerintahkan hal ini untuk menunjukkan kekuatan kepada orang-orang musyrik. Beliau juga memerintahkan kepada mereka agar menyelempangkan kain di pundak kiri dan membuka pundak kanan, dan ujung kain itu terselempangkan di pundak kiri.

Rasul kemudian masuk Makkah dari arah Tsaniyah dengan jalan memutar. Sementara orang-orang musyrik berbaris melihat beliau dan orang-orang Muslim. Beliau terus menerus mengucapkan talbiyah hingga tiba di rukun.

Kemudian thawaf yang diikuti orang-orang Muslim. Sementara Abdullah bin Rawahah berada di depan beliau sambil melantunkan syair dan menyandang pedang.

Dalam hadits Anas disebutkan bahwa Umar berkata, "Wahai Ibnu Rawahah. bagaimana mungkin di hadapan Rasululah dan di tanah suci engkau melantunkan syair?"

"Biarkan saja dia wahai Umar," sabda beliau, "karena dia lebih cekatan merangkum syair daripada mencabut anak panah."

Beliau dan orang-orang Muslim berjalan cepat dalam tiga kali putaran thawaf. Tatkala orang-orang musyrik melihat jalan beliau seperti itu, mereka berkata kepada yang lain.

"Itukah orang-orang yang kalian katakan sedang digerogoti penyakit. Mereka lebih perkasa dari ini dan itu,"ujar kaum musyrikin.

Seusai thawaf, beliau melakukan sa'i antara Shafa dan Marwah. Sementara hewan kurban ada di Marwah.

Beliau bersabda, "Di sinilah tempat menyembelih hewan kurban yang setiap tempat di Makkah bisa dijadikan tempat menyembelih hewan kurban."

Beliau menyembelih hewan kurban di Marwah dan mencukur rambut. Maka orang-orang Muslim juga mengikuti beliau.

Kemudian beliau mengirim utusan ke Ya'jaj untuk menjaga persenjataan, dan orang-orang yang sebelumnya menjaga persenjataan ini datang untuk melaksanakan manasik umroh. Rasulullah menetap di Makkah selama tiga hari.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement