REPUBLIKA.CO.ID, MADINAH -- Anjuran berkurban atau menyembelih hewan pada Hari Raya Idul Adha dimulai sejak Nabi Ibrahim. Rasulullah pun sesuai perintah Allah SWT mengikuti anjuran tersebut.
Setelah Rasulullah selesai menulis isi perjanjian Hudaibiyah, Rasulullah pun menyerukan umat Islam untuk melaksanakan satu ibadah warisan Nabi Ibrahim, yakni berkurban. Namun, anjuran tersebut seperti tidak didengar karena usai berseru, tak ada satu pun muslim yang bergeming untuk segera melaksanakannya.
Mengutip buku Sirah Nabawiyah tulisan Syaikh Shafiyyurrahman Al Mubarakfuri menyebutkan, setelah Rasulullah menyelesaikan penulisan isi perjanjian, beliau bersabda, "Bangkitlah dan sembelihlah hewan kurban!"
Demi Allah, tak seorang pun di antara orang-orang Muslim yang bangkit sekali pun beliau sudah mengatakan tiga kali. Karena tak seorang pun yang bangkit, beliau masuk ke rumah Ummu Salamah.
Beliau menceritakan apa yang dilakukan para sahabat. Ummu Salamah berkata. "Wahai Rasulullah, apakah engkau suka hal itu terjadi? Keluarlah dan engkau tidak perlu mengeluarkan sepatah kata pun kepada seseorang sehingga engkau menyembelih unta kurban dan meminta seorang pencukur untuk mencukur rambut engkau."
Atas saran Ummu Salamah inilah Rasulullah keluar lagi. Tanpa berbicara dengan seorang pun beliau melaksanakan saran tersebut.
Saat para sahabat melihat apa yang dilakukan Rasulullah, mereka pun bangkit lalu menyembelih hewan kurban dan sebagian mencukur rambut sebagian yang lain sehingga hampir saja mereka saling bertengkar karena rambut.
Satu ekor unta untuk tujuh orang, begitu pula sapi. Rasulullah menyembelih unta yang dulunya milik Abu Jahal yang di hidung onta itu ada cincin perak, dengan tujuan untuk memancing kejengkelan orang-orang musyrik.
Beliau memanjatkan doa, memohonkan ampun tiga kali bagi mereka yang sudah menyembelih hewan kurban dan satu lagi bagi mereka yang sudah mencukur rambut. Demikian kisah Rasulullah ketika memulai untuk melaksanakan ibadah kurban.