REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ada satu hal penting yang harus diperhatikan seorang pelajar dalam menimba ilmu. Jika ini diabaikan, ilmu akan sulit diperoleh.
Namun bila ini diperhatikan dan dilaksanakan, begitu mudahnya seorang pelajar menyerap ilmu. Abi Abdullah Muhammad Sa'id bin Silan dalam bukunya, Adabu Thalibil Ilmi (terjemahan oleh Muyassir Hadil Anam), menyampaikan penjelasan terkait hal tersebut.
Dia menukilkan pendapat dari Ibnu Jama'ah, bahwa seorang pelajar harus mensucikan hatinya dari setiap penipuan, dosa, iri hati dan dengki.
Seorang pelajar juga harus mensucikan diri dari akidah dan akhlak yang jelek, supaya dengan mudah bisa menerima ilmu yang tersembunyi.
"Karena sesungguhnya ilmu itu adalah sholat yang tersembunyi, ibadah hati, dan mendekatkan batin kepada Allah," demikian pendapat Ibnu Jamaah.
Sholat menjadi tidak sah kecuali dengan mensucikan secara zahir dari hadats dan kotoran.
Maka, begitu juga ilmu yang merupakan ibadah hati, dan tidak sah kecuali dengan membersihkannya dari sifat yang jelek dan akhlak yang buruk serta kotor.
Baca juga: Mualaf Lourdes Loyola, Sersan Amerika yang Seluruh Keluarga Intinya Ikut Masuk Islam
Ketika hati telah baik untuk menerima ilmu, maka berkahnya pun akan tampak dan tumbuh. Seperti tanah, jika sudah sesuai untuk pertanian, maka tanamannya pun akan tumbuh dan berkembang. Dalam riwayat Nu'man bin Basyir RA, Nabi Muhammad SAW bersabda:
أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ
"Ketahuilah, sungguh di dalam tubuh ada segumpal daging. Jika dia baik, maka akan baik pula seluruh tubuhnya. Bila dia jelek, maka akan jeleklah seluruh tubuhnya. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati." (Muttafaqun 'alaih)
Dalam Tadzkirah Al-Sami' wa Al-Mutakallim, Sahl menyampaikan bahwa hati akan terhalang dari cahaya jika di dalamnya ada sesuatu yang dibenci Allah 'Azza wa Jalla.
Karena itu, semestinya seorang pelajar memperbaiki terlebih dulu hati agar ilmu mudah diserapnya.
Caranya yaitu dengan bertobat dan meninggalkan dosa serta maksiat. Sebab, dosa dan maksiat ini dapat menyisakan bekas yang menghalangi ilmu dan menghilangkan berkahnya.