Rabu 31 May 2023 04:51 WIB

Malu Kalau tak Berakhlak, Ini Alasannya

Berbudi pekerti dan berakhlak sejatinya menjadi sinar penerang diri manusia.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Ani Nursalikah
Seorang anak membaca Alquran. Ilustrasi. Malu Kalau tak Berakhlak, Ini Alasannya
Foto: EPA-EFE/HOTLI SIMANJUNTAK
Seorang anak membaca Alquran. Ilustrasi. Malu Kalau tak Berakhlak, Ini Alasannya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Diri manusia sesungguhnya memiliki kekayaan berupa sifat-sifat Ilahiyah. Maka, manusia pun ditekankan untuk berbudi pekerti, berakhlak. Maka sudahkah kita merasa malu jika tak berakhlak?

Berbudi pekerti dan berakhlak sejatinya menjadi sinar penerang atas kekayaan yang Allah berikan dalam diri manusia. Pakar Ilmu Tasawuf Haidar Bagir dalam buku Islam Risalah Cinta dan Kebahagiaan menjelaskan, sifat-sifat Ilahiyah adalah kebaikan mutlak, kebenaran mutlak, dan keindahan yang mutlak. Maka, manusia diingatkan untuk mengembangkan potensi tersebut.

Baca Juga

Akhlak, sebagaimana hadis Nabi berbunyi, “Inna min khiyaarikum ahsanakum akhlaaqan.” Yang artinya: “Sesungguhnya yang terbaik di antara kalian adalah yang terbaik akhlaknya." Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad.

Mengasah diri agar berakhlak

Untuk mengembangkan potensi diri manusia dalam berbudi pekerti, hal yang harus dilakukan pertama adalah dengan mencintai kebaikan. Dalam hal ini, manusia diperintahkan untuk mencintai yang makruf (kebaikan) dan menjauhi yang munkar (keburukan).

Kemudian, dia juga harus mencintai kebenaran. Setia terhadap kebenaran, berupaya menjadi orang yang objektif, dan terus mengasah diri menjadi insan-insan yang pandai bermuhasabah. Dan yang ketiga, manusia juga perlu untuk mengapresiasi keindahan, memeliharanya, dan mengucapkan syukur atas keindahan kepada Zat yang menciptkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement