Kamis 25 May 2023 19:26 WIB

Rezeki Halal Penting Tapi Berkah Juga Utama dan 4 Golongan Manusia di Hadapan Harta

Keberkahan dalam rezeki merupakan hal yang didambakan Muslim

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi menghitung harta. Keberkahan dalam rezeki merupakan hal yang didambakan Muslim
Foto: Republika/Prayogi
Ilustrasi menghitung harta. Keberkahan dalam rezeki merupakan hal yang didambakan Muslim

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Keberkahan dalam rezeki yang didapatkan umat Islam jauh lebih penting ketimbang harta itu sendiri. 

Pendakwah Ustadz Ammi Nur Baits dalam kajian di Masjid Nurul Iman, Jalan Kesehatan, Pondok Bambu, Duren Sawit, Jakarta Timur, sebagaimana dikutip dari dokumentasi Harian Republika, Kamis (25/5/2023), mengingatkan para jamaah soal kesadaran umat Islam dalam mencari keberkahan dalam rezeki yang mereka dapatkan. Terlebih, salah satu hal yang akan diminta pertanggungjawabannya oleh Allah SWT pada hari kiamat adalah harta. 

Baca Juga

Namun, pertanggungjawaban itu bukan hanya meliputi satu aspek soal sumber hartanya. Melainkan juga ke mana harta itu dibelanjakan atau disalurkan. "Karena itu, seorang Muslim tidak boleh berprinsip, yang penting saya sudah mendapatkan harta secara halal, tapi tidak berhenti sampai di situ. Karena bagi seorang Muslim, yang dia pikirkan terhadap penghasilan yang dia dapatkan bukan semata yang penting harta itu halal. Tapi, bagaimana harta itu bisa memberi manfaat," ujar Ustadz Nur.

Lebih lanjut, Ustadz Nur menyampaikan, Allah SWT telah berfirman di surat Al Araf ayat 32, sebenarnya harta yang ada di muka bumi diperuntukkan kaum Muslimin. 

قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ اللَّهِ الَّتِي أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ وَالطَّيِّبَاتِ مِنَ الرِّزْقِ ۚ قُلْ هِيَ لِلَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا خَالِصَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۗ كَذَٰلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ

“Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?" Katakanlah: "Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat". Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui.”   

Berdasarkan ayat ini, dunia dan kehidupannya yang ada di dalamnya sebenarnya diperuntukkan orang Muslim. 

Ustadz Nur menambahkan, Rasulullah SAW juga pernah bersabda mengenai golongan-golongan manusia yang akan menghuni muka bumi berdasarkan hartanya. 

Hadits ini diriwayatkan Imam Tirmidzi dan Imam Ahmad. 

 الدُّنْيَا لِأَرْبَعَةِ نَفَرٍ: عَبْدٍ رَزَقَهُ اللهُ مَالًا وَعِلْمًا فَهُوَ يَتَّقِي فِيْهِ رَبَّهُ وَيَصِلُ فِيْهِ رَحِـمَهُ وَيَعْلَمُ ِللهِ فِيْهِ حَقًّا فَهَذَا بِأَفْضَلِ الْـمَنَازِلِ، وَعَبْدٍ رَزَقَهُ اللهُ عِلْمًا وَلَـمْ يَرْزُقْهُ مَالًا فَهُوَ صَادِقُ النِّـيَّـةِ يَقُوْلُ: لَوْ أَنَّ لِـيْ مَالًا لَعَمِلْتُ بِعَمَلِ فُلاَنٍ فَهُوَ بِنِيَّتِهِ فَأَجْرُهُـمَا سَوَاءٌ، وَعَبْدٍ رَزَقَهُ اللهُ مَالاً وَلَـمْ يَرْزُقْهُ عِلْمًـا فَهُوَ يَخْبِطُ فِي مَالِهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ لَا يَتَّقِي فِيْهِ رَبَّهُ وَلَا يَصِلُ فِيْهِ رَحِـمَهُ وَلَا يَعْلَمُ ِللهِ فِيْهِ حَقًّا فَهَذَا بِأَخْبَثِ الْـمَنَازِلِ وَعَبْدٍ لَـمْ يَرْزُقْهُ اللهُ مَالًا وَلَا عِلْمًـا فَهُوَ يَقُولُ: لَوْ أَنَّ لِـيْ مَالًا لَعَمِلْتُ فِيْهِ بِعَمَلِ فُلاَنٍ فَهُوَ بِنِيَّتِهِ فَوِزْرُهُـمَا سَوَاء 

Baca juga: Mualaf Theresa Corbin, Terpikat dengan Konsep Islam yang Sempurna Tentang Tuhan

Dalam hadits itu, Rasulullah SAW menyebutkan ada empat golongan manusia. Pertama, manusia yang diberikan kelebihan harta dan memiliki ilmu agama dan ketaatan kepada Allah SWT. Golongan orang ini kemudian membelanjakan hartanya untuk beribadah di jalan Allah SWT.

Golongan manusia ini senantiasa memenuhi potensi hartanya untuk dibelanjakan guna meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. "Rasulullah SAW menyebut, golongan manusia yang pertama ini memiliki kedudukan yang sangat tinggi," kata dia.

Golongan kedua adalah manusia yang memiliki pemahaman agama, tapi dia tidak memiliki kelebihan harta. Kendati begitu, orang ini yakin, jujur, serta memiliki keinginan untuk membelanjakan hartanya guna meningkatkan takwanya kepada Allah SWT. Dengan niat ini, kata Ustadz Nur, pahala yang didapat golongan kedua ini sama dengan golongan pertama. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement