Selasa 23 May 2023 17:16 WIB

Keren, Cek Kesehatan Hewan Kurban Pakai Barcode

Barcode digunakan untuk mengetahui keadaan kesehatan dan riwayat hewan

Pedagang hewan kurban jenis sapi di Depok, Jawa Barat menggunakan barcode untuk mengetahui keadaan kesehatan dan riwayat hewan sehingga para konsumen merasa nyaman.  (Ilustrasi)
Foto: Republika TV/Muhammad Rizki Triyana
Pedagang hewan kurban jenis sapi di Depok, Jawa Barat menggunakan barcode untuk mengetahui keadaan kesehatan dan riwayat hewan sehingga para konsumen merasa nyaman. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Pedagang hewan kurban jenis sapi di Depok, Jawa Barat, menggunakan barcode untuk mengetahui keadaan kesehatan dan riwayat hewan sehingga para konsumen merasa nyaman.

"Sapi Bali ada barcode itu bisa diketahui sudah divaksin atau belum. Sapi Bali satu surat satu sapi," kata pedagang sapi kurban Hendra Shogir di Depok, Selasa.

Baca Juga

Menurut dia, sapi Bali bagus untuk hewan kurban karena data kesehatan sapi tersebut lengkap karena satu sapi satu surat yang sudah terdata dalam barcode.

"Sekarang ada barcodenya. Ke luar dari pulau itu wajib divaksin. Ada barcode menandakan vaksin 1 dan 2 sudah. Surat-suratnya tercantum di dalam barcode bisa diketahui asal sapi, usia sapi. Sapi yang datang dari luar pulau wajib divaksin," katanya.

Ia mengatakan, sebagai pedagang hewan kurban terus melakukan antisipasi dan pencegahan dari penyakit hewan kurban. Untuk itu, pihaknya terus meningkatkan pengawasan agar terhindar dari penyakit mulut dan kuku (PMK) dan penyakit lumpyskin disease (LSD) atau penyakit kulit berbenjol menjelang Idul Adha 1444 H.

"Sudah kami antisipasi, kami menjual hewan kurban mengedepankan kualitas sapi, yaitu kesehatan untuk pembeli hewan kurban. Karena dagingnya dikonsumsi banyak orang," katanya.

Mengantisipasi penyakit LSD dan PMK sapi, Hendra Shogir berinisiatif untuk mencegah sejak membeli sapi dari Bali hingga tiba di kandang.

Hendra bersama asosiasi peternak sapi membeli vaksin untuk pencegahan LSD secara mandiri di Australia.

"Vaksin ini untuk kekebalan tubuh. Kami beli secara mandiri dan bareng tidak dibiayai oleh pemerintah. Sapi Bali yang kami beli tentunya melalui proses karantina dan sudah divaksin," ujar Hendra.

Ia melanjutkan sapi yang terkena penyakit LSD dagingnya tidak bisa dikonsumsi karena mengandung racun hal itu berdasarkan hasil penelitian asosiasi peternak sapi.

"Virus itu kan sifatnya menular, tapi tidak masif seperti PMK. Penyakit PMK tidak menimbulkan ekonomi besar, daging sapinya masih bisa dikonsumsi. Kalau sapi terkena penyakit LSD dagingnya seperti sulit dikonsumsi banyak racun di tubuhnya," katanya.

Penyakit LSD sudah ditemukan di beberapa daerah. Bahkan, ia telah menemukan sapi terkena penyakit LSD di Kota Depok.

Ia mengatakan ciri-ciri sapi terjangkit LSD, yaitu tubuh sapi berbenjol seperti 'lato-lato' dan nafsu makan berkurang atau tidak mau makan dan mengalami demam.

"LSD ini bukan kejadian luar biasa. Tapi kami sebagai penjual hewan kurban mengantisipasi dan mencegah penyakit LSD dan PMK," ujarnya.

"Alhamdulillah belum lama ini petugas Kementan datang ke kandang saya hasilnya hewan kurban jualan saya bagus dan negatif penyakit LSD dan PMK," kata Hendra.

Selain pemberian vaksin pria yang akrab disapa Hendra Shogir ini menambahkan pencegahan dan mengantisipasi penyakit PMK dan LSD kebersihan kandang harus terjaga. "Pemberian vitamin dan obat-obatan perlu, terutama vaksin untuk pencegahan penyakit," ujar Hendra Shogir.

Hendra Shogir menyarankan bagi masyarakat yang ingin membeli sapi untuk dijadikan hewan kurban saat Idul Adha 1444 H harus memastikan kesehatan hewan kurban.

"Pastikan kondisi sapi sehat dan sudah dapat rekomendasi dari dinas setempat," kata Hendra Shogir.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement