Jumat 12 May 2023 05:05 WIB

Keraguan Nabi Muhammad kepada Orang yang tidak Amanah

Kisah Abu Lubabah, sosok yang menyebabkan turunnya ayat 27 Surat Al Anfal.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Ani Nursalikah
Keraguan Nabi Muhammad kepada Orang yang tidak Amanah
Foto:

Dalam riwayat Abd bin Humaid, dari Al-Kalbi, disebutkan Abu Lubabah diutus oleh Nabi kepada Bani Quraizhah, karena ia selama ini adalah sahabat baik dari persukuan Yahudi tersebut. Abu Lubabah juga menitipkan harta benda dan anak-anaknya kepada Bani Quraizhah.

Apa yang dilakukan oleh Abu Lubabah adalah bentuk pengkhianatan. Abu Lubabah telah bertindak lancang atau menakut-nakuti. Padahal setelah membaca riwayat penghukuman Bani Quraizhah itu, sampai saat itu pun Nabi belum tahu hukuman apa yang akan dijatuhkan oleh Sa'ad bin Mu'az kepada mereka.

Atas perbuatannya, Nabi Muhammad SAW menjadi ragu pada keseharian Abu Lubabah sebagai Muslim. Beliau SAW kemudian memanggil istri Abu Lubabah, lalu bertanya, "Apakah Abu Lubabah tetap mengerjakan puasa, sholat, dan adakah dia mandi junub sehabis bersetubuh?"

Isterinya menjawab, "Dia puasa, sholat, dan mandi junub, bahkan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya."

Pertanyaan Nabi SAW adalah tanda bahwa beliau SAW meragukan keimanan Abu Lubabah, sehingga Nabi SAW menanyai istri Abu Lubabah soal kehidupan sehari-hari, untuk mengetahui apakah dia betul-betul Islam atau Islam munafik.

Meski Abu Lubabah bukan munafik, kelancangannya menyebabkan dia telah berkhianat. Dalam hal demikian, Buya Hamka menjelaskan, orang yang sudah sholat, puasa Senin-Kamis, taat beribadat, belum menjamin keimanannya jika ia tidak setia dan teguh dalam mengemban amanat.

Karena itu, Buya Hamka juga menyampaikan, hal tersebut menjadi peringatan kepada umat Nabi Muhammad SAW bahwa kekuatan ibadah wajib sejalan dengan kesetiaan dan keteguhan memegang amanah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement