Rabu 10 May 2023 15:17 WIB

Anak Main di Masjid Ganggu Jamaah Sholat?

Nabi menyuruh anak untuk ikut meramaikan masjid.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Erdy Nasrul
Ilustrasi anak bermain di suatu masjid.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Ilustrasi anak bermain di suatu masjid.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nabi Muhammad SAW memerintahkan para orang tua untuk mendidik anak-anaknya dengan mengajarkan mereka sholat. Hal ini sebagaimana hadits berikut ini:

Nabi SAW bersabda, "Suruhlah anakmu sholat bila mereka berusia tujuh tahu, dan bila berumur 10 tahun (belum sholat), maka hendaklak kamu pukul mereka..." (HR Abu Daud)

Baca Juga

Adapun ayat Alquran tentang keutamaan sholat, yakni:

"Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Dan (salat) itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk." QS Al Baqarah ayat 45)

"Bacalah Kitab (Al-Qur'an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (salat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS Al Ankabut ayat 45)

Namun kerap kali sebagian orang tua menganggap bahwa kehadiran anak saat mereka melangsungkan ibadah sholat merupakan hal yang mengganggu kekhusyuan, sehingga ada sebagian orang tua yang enggan mengajak anak ikut serta dalam sholat.

Lantas bagaimana sikap seharusnya orang tua dalam mengajarkan anak sholat?

M Thalib dalam '50 Pedoman Mendidik Anak Menjadi Shaleh' memaparkan, alasan bahwa anak dapat mengganggu kekhusyuan sholat orang tuanya tidak tepat. Sebab Nabi SAW sendiri mencontohkan bagaimana beliau SAW melaksanakan sholat sembari menahan Hasan dan Husein yang menaiki punggungnya saat sujud.

Dalam riwayat Abdullah bin Syaddad dari ayahnya, digambarkan mengenai Rasulullah SAW yang pernah menunaikan sholat Isya sambil menggendong cucunya. Rasulullah datang bersamanya dan meletakkan cucunya, kemudian bertakbir untuk sholat.

Di tengah-tengah sholat, Nabi SAW sujud dengan durasi yang lama hingga membuat ayah Abdullah bin Syaddad mengangkat kepalanya dan ternyata anak itu ada di punggung Rasulullah SAW saat beliau sujud.

Setelah sholat selesai, Rasulullah ditanya mengapa sujud dengan durasi yang lama dan para sahabat mengira terjadi suatu perkara atau turun wahyu.

Kemudian Nabi SAW menjawab, "Itu semua tidak terjadi. Hanya saja, anakku naik ke badanku dan aku tidak ingin membuatnya segera turun sampai dia menyelesaikan keperluannya."

Dari gambaran itu, menunjukkan bahwa Rasulullah SAW tidak melarang cucunya ikut serta dalam sholat meski mereka mengganggu beliau yang sedang sholat. "Kita pun tidak boleh menjadikan kehadiran anak pada waktu kita sholat sebagai hal yang merusak kekhusyuan," demikian pemaparan M Thalib.

Dijelaskan pula, bahwa para orang tua perlu memahami, ketika anak melihat dan meniru orang tuanya melakukan gerakan-gerakan sholat, maka akan tertanam pada diri anak itu kecintaan terhadap sholat dan agama. Di masa mendatang, anak pun akan memiliki jiwa agama yang kuat dalam dirinya.

M Thalib menyampaikan, kewajiban mendidik anak sholat dilakukan sejak anak itu berusia 7 tahun. Jika anak belum fasih dalam mengucapkan bacaan sholat di usia tersebut, maka arahkan mereka untuk mengikuti gerakan sholat yang dilakukan orang tuanya.

Orang tua juga tetap wajib mengajarkan bacaan-bacaan sholat kepada anak dengan baik. Juga menanamkan kebiasaan sholat kepada anak setiap harinya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement