Ahad 07 May 2023 08:38 WIB

Mengenal Syekh Yasin Al Fadani dari Muridnya, KH Ahmad Marwazie Al-Batawie

KH Ahmad Marwazie Al-Batawie adalah murid Syekh Yasin Al Fadani.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
KH Ahmad Marwazie Al-Batawie, murid Syekh Yasin Al Fadani.
Foto: Muhyiddin / Republika
KH Ahmad Marwazie Al-Batawie, murid Syekh Yasin Al Fadani.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ilmu sanad adalah sebuah tradisi ilmiah yang hanya dimiliki oleh umat Islam. Sanad keilmuan dari guru-guru yang jelas dan berakhlak mulia memastikan ilmu yang didapatkan umat Islam telah melalui proses yang baik dan benar dan bersambung hingga Rasulullah SAW.

Salah satu ulama yang Nusantara yang dijuluki sebagai “Gudang Sanad Dunia” di abad ke-20 adalah Syekh Yasin al-Fadani. Salah satu murid angsung Syekh Yasin Al-Fadani, KH Ahmad Marwazie Al-Batawie menjelaskan, Syekh Yasin menghidupkan ilmu sanad ketika banyak orang yang mulai berpaling dari sanad.

Baca Juga

Karena itu, Syekh Yasin juga berpesan kepada Kiai Marwazie untuk menyebarkan ilmu sanad di Tanah Air. Salah satunya melalui Zawiyah Arraudhah, yaitu tempat kajian islami bersanad serta lembaga pendidikan berbasis pesantren yang dinaungi oleh Yayasan Arraudhah Ihsan Foundation.

“Sebelum saya pulang, beliau itu berpesan, sebarluaskan ilmu riwayat ini, biar orang Indonesia terus mempunyai ilmu riwayat sampai kepada Rasul,” ujar Kiai Marwazie saat ditemui di Gedung Raudah, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Jumat (20.1.2023).

Bagaimana kisah Kiai Marwazie saat belajar pada Syekh Yasin? Bagaimana sosok Syekh Yasin? Dan mengapa Syekh Yasin menulis kitab sanad?

Berikut wawancara wartawan Republika, Muhyiddin bersama Kiai Marwazie belum lama ini:

1. Bisa diceritakan sejak kapan Anda belajar kepada Syekh Yasin Al-Fadani?

Saya Alhamdulillah pergi ke Makkah tahun 1976. Namun, saat itu tidak langsung bertemu dengan Syekh Yasin. Setelah kurang lebih enam bulan, baru lah saya bertemu untuk sekolah di Madrasah Darul Ulum yang didirikan Syekh Yasin.

Saya pertama kali bertemu beliau pada hari Eid. Karena, pada hari itu biasanya mukimin dari Jakarta, Kalimantan dan daerah lainnya datang ke tempat Syekh Yasin untuk sowan lebaran. Biasanya di dalam sowan itu, Syekh Yasin juga akan membacakan hadits hari Eid.

Pada 1977, kemudian ada seorang ulama Betawi bernama KH Abdurrazak bin Makmun (cucu Guru Mughni) yang ziarah ke Makkah. Beliau termasuk salah satu pendiri Yayasan Raudhatul Muta'allimin ini. Kiai Abdurrazak ini adalah temannya Syekh Yasin saat sekolah bareng di Madrasah Al-Shaulatiyah al-Hindiyah. Kemudian saya ikut beliau dan menjadi dekat dengan Syekh Yasin.

Pada 1978 barulah saya mulai intens mengaji kepada Syekh Muhammad Yasin Al-Fadani. Di luar sekolah itu, biasanya saya juga datang habis Ashar dan mengaji malam. Di rumahnya, Syekh yasin memberikan arahan kepada saya dan murid-muridnya yang lain.

photo
Rumah Syekh Yasin Al Fadani di Makkah saat ini. - (Dok: KH Ahmad Marwazie Al-Betawie)

 

2. Bagaiman sosok Syekh Yasin di mata Anda?

Syekh Yasin merupakan sosok yang sangat sederhana. Jika Syekh Yasin di depan kita, kita tidak mungkin menyangka itu adalah Syekh Yasin. Ketika banyak orang yang datang ke rumahya, beliau biasanya lagi menjaga warung. Tapi, di warung itu beliua juga menulis kitab.

Dalam gambaran banyak orang, Syekh Yasin mungkin mempunyai nama besa dan hebat. Tapi, kalau melihat penampilannya, beliau benar-benar kayak kita dan low profile. Beliau biasanya hanya pakai kaos oblong, pakai peci putih atau kupluk. Kecuali kalau da tamu besar, beliau akan berpakain rapi. Tapi kalau di rumah, ya sudah kayak seperti itu saja.

3. Bagaimana Syekh Yasin mengajar murid-muridnya, dan metode apa yang dipakai?

Beliau selaku sorogan. Jadi, ketika ada lima orang datang, mereka misalnya akan membaca hadits Ibnu Majah di depan hadapan beliau. Sedangkan kalau halaqah khususnya, karena saya tinggal di rumah beliau bersama dua teman saya, biasanya kita akan membawa kitab dan pergi langsung ke Syekh Yasin. Kemudian, kita akan membaca secara bergantian.

Kemudian, setiap malam Rabu biasanya akan banyak orang yang datang mengaji bisa sampai 50 orang dan ruangannya penuh karena kecil. Pada malam itu, biasanya kita membaca kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. 

Selain itu, beliau juga mempunyai Majelis Imlak. Di majelis ini, beliau biasanya menyampaikan hadits dari buku karangannya ke semua muridnya yang sekolah di Darul Ulum dan juga banyak guru-guru dari luar, seperti Syekh Abdullah Al Lahji dan Syekh Ismail Zain. Syekh Muhammad Alawi Maliki pun hadir dalam Majelis Imlak.

Jadi beliau menyampaikan hadits itu dari kitab karangannta yang berjudul Bughyatul Murid min 'Ulum Al-Asanid. Sampai sekarang saya masih ada kitabnya. Saya akan turunkan insyaAllah, bantu doa supaya lebih cepat saya bisa turunkan ijazah-ijazah Syekh Yasin, sehingga bisa menjadi dua jilid. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement