REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di antara sekian banyak sifat Allah disebutkan bahwa Allah tidak pernah tidur. Berbeda dengan manusia yang selalu tidur. Seperti seorang filsuf, anak-anak pun terkadang turut mempertanyakan terkat hal ini. Lalu mengapa Allah tidak pernah tidur?
Dalam buku M Quraish Shihab Menjawab: Pertanyaan Anak tentang Islam terbitan Lentera Hati, ulama tafsir Alquran dari Indonesia, Prof M Quraish Shihab menjelaskan bahwa Allah SWT itu Mahakuasa. Dia adalah pencipta segala sesuatu, sedangk manusia makhluk terbatas.
Menurut M Quraish, manusia perlu tidur karena dia mengalami keletihan yang sering kali mengantarnya tidur untuk memulihkan kesegarannya. Bahkan, tidak jarang manusia tertidur, walau dia ingin terjaga (tidak tidur).
Tidur ketika itu mengalahkan keinginannya. Itu salah satu contoh kelemahan manusia. Sementara para pakar menyatakan bahwa tidur diperlukan manusia untuk mengisi potensi pikiran dan untuk perbaikan anggota tubuh yang telah digunakan selama kegiatan seharian.
Menurut M Quraish, hal ini serupa dengan mesin motor yang harus diistirahatkan atau bahkan dibawa ke bengkel untuk diservis, karena kalau terus-menerus dipakai tanpa istirahat, maka ia akan capek dan rusak. Nah, demikian juga dengan otak serta tubuh manusia.
“Allah tidak demikian! Dia Mahakuasa, Dia tidak membutuhkan apa dan siapapun. Dia tidak tidur, tidak juga dikalahkan oleh kantuk,” jelas M Quraish.
Di sisi lain, Dia lah Yang mengurus dan memelihara segala sesuatu, bukan saja manusia dan biantang, tetapi juga seluruh isi langit dan bumi, termasuk bintang-bintang yang beredar. Seandainya Allah tidur atau mengantuk, kata M Quraish, maka bisa saja ada makhluk-Nya yang luput dari pemeliharaan sehingga binasa.
M Quraish menjelaskan, ada ratusan juta benda-benda langit, kesemuanya dipelihara Allah dan Dia atur keseimbangannya sehingga tidak bertabrakan. Allah juga menyatakan dalam Alquran bahwa,
“Semua makhluk yang di langit dan di bumi bermohon kepada-Nya….setiap saat dia dalam kesibukan.” (QS ar-Rahman [55]: 29).
Yakni, antara lain, mengabulkan permohonan makhluk-makhluk-NNya yang setiap saat ada saja yang bermohon, baik siang maupun malam hari.
“Nah kalau Dia tidur atau mengantuk, maka bisakah Dia mengetahui, memenuhi kebutuhan, dan mengabulkan permohonan mereka? Tentu saja tidak!,” tutup M Quraish.