Jumat 05 May 2023 07:08 WIB

Mengkritik Sambil Ancam Bunuh atau Ngotot dengan Pendapatnya, Bolehkah?

Mengkritik harus dilakukan dengan bijaksana

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Erdy Nasrul
Ilustrasi rapat dan menyampaikan kritik.
Foto: dok Humas Polri
Ilustrasi rapat dan menyampaikan kritik.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Memberikan kritik atau lebih tepat memberi masukan yang konstruktif dan produktif sebenarnya bagian dari tanggung jawab kita dalam dakwah.

Ketua Umum PB Al Washliyah Masyhuril Khamis menjelaskan meski memberi masukan adalah tanggung jawab dakwah tentu adab dan komunikasi untuk menyampaikan kritik haruslah santun.

Baca Juga

"Selain itu kritik harus menggunakan bahasa yang mudah dipahami, tidak bertutur bahasa yang kasar, atau menulis dengan narasi tanpa dasar data yang jelas,"ujar dia kepada republika.co.id, Jumat (5/5/2023).

Karena itu dalam Alquran berkomunikasi itu sangat segmentatif, ada bahasa yang pantas untuk orang tua, untuk penguasa, untuk masyarakat sampai untuk anak-anak juga ada aturannya. Hal ini terbagi dalam

setidaknya enam jenis gaya bicara atau pembicaraan (qaulan) yang dikategorikan sebagai kaidah, prinsip, atau etika komunikasi, yaitu Qaulan Sadida, Qaulan Baligha, Qaulan Ma'rufa, Qaulan Karima, Qaulan Layinan, dan Qaulan Maysura.

Sedangkan mengkritik dengan ancaman tentu sesuatu yang tidak perlu dilakukan sebab tujuan memberi kritik adalah untuk adanya sesuatu perbaikan. Karena itu janganlah membiasakan setiap kritik disertai dengan ancaman, karena ancaman konotasinya negatif dan itu cenderung pada nafsu.

"Sedangkan kita selalu diingatkan agar tdk mengikuti nafsu, sebab ketika sebuah kritik sudah berbaur dengan nafsu ( ammarah ) maka ada syaithan disana dan itu terlarang bagi kita,"tutur dia.

Sebelumnya, Profesor Riset Astronomi dan Astrofisika BRIN, Thomas Djamaluddin, memertanyakan upaya hukum yang terus dilakukan Muhammadiyah menyoal kritik soal wujudul hilal (WH). Dia meminta, ihwal memersoalkan kritik yang ada, Muhammadiyah sebaiknya kembali memertimbangkan kejadian-kejadian sebelumnya.

“Muhammadiyah yang saya hormati karena semangat tajdid akan mencatatkan dalam sejarah sebagai organisasi pembungkam kritik? Semoga masih ada akal sehat untuk mempertimbangkannya,” kata Thomas kepada Republika.co.id, Rabu (3/5/2023).

Thomas mengeluhkan, kritik terhadap Wujudul Hilal dan ego organisasi Muhammadiyah malah dianggap menyerang. Padahal, dia menjelaskan, kritik yang dibangun pada awalnya bukan atas dasar kebencian, melainkan mendorong dialog bersama ormas keagamaan demi menyatukan ummat saat berlebaran. Hal itu, disebutnya sebagai tataran ijtihad ilmiah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement