Kamis 04 May 2023 07:16 WIB

Haul Guru Tua Habib Idrus Bin Salim Dihadiri Puluhan Ribu Orang, Siapa Dia?

Guru tua merupakan pendakwah Islam yang jadi teladan warga Sulawesi.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Erdy Nasrul
Habib Idrus bin Salim al Jufri alias Guru Tua duduk di tengah
Foto:

Guru Tua, sebagaimana dilansir di laman resmi Alkhairaat, pertama kali pindah ke Indonesia ketika usianya 17 tahun, setelah dibawa oleh ayahnya, Habib Salim, ke kota Manado. Kemudian Habib ldrus dan ayahnya kembali lagi ke Hadramaut. Di Hadramaut, Habib ldrus mengajar di Madrasah yang dipimpin oleh ayahnya. Yaman saat itu, sejak 1839, sedang dalam penjajahan Inggris, dan Hadramat dalam keadaan bergolak.

Guru Tua juga sempat pindah ke Pekalongan dan menikah dengan Syarifah Aminah binti Thalib Al Jufri. Saat itu dia berdagang kain batik tetapi tidak kunjung mengalami kemajuan. Sebab, dia lebih mencintai dunia pendidikan.

Dari pernikahannya dengan Syarifah Aminah, ia dikaruniai dua anak perempuan, yakni Syarifah Lulu’ dan Syarifah Nikmah. Syarifah Lulu’ kemudian menikah dengan Sayyid Segaf bin Syekh AI-Jufri, dan salah satu anaknya adalah Salim Segaf Al-Jufri, yakni Menteri Sosial Indonesia ke-26 dan Duta Besar RI untuk Kerajaan Arab Saudi dan Kesultanan Oman Periode 2005-2009.

Guru Tua juga pernah tinggal di Solo. Dibantu oleh mantan muridnya saat di Hadhramaut, Guru Tua dapat mendirikan madrasah bernama "Perguruan Arrabithah Alawiyah". Dia menjadi guru dan kepala sekolah di madrasah tersebut.

Setelah itu, ia pindah ke Jombang pada tahun 1926. Di daerah ini Guru Tua berkenalan dengan beberapa tokoh Islam, salah satunya KH Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU). Habib Idrus dan Kiai Hasyim Asy'ari punya pemahaman yang sama karena sama-sama menganut paham Imam Syafi'i.

Guru Tua juga berdakwah hingga wilayah Timur Indonesia, salah satunya Maluku. Dia melakukan perjalanan dakwah ke sejumlah daerah seperti Bacan, Jailolo, Morotai, Patani, Weda, Kayoa dan daerah lain. Selanjutnya ia juga ke Sulawesi Utara, Sulawesi selatan, Kalimantan dan Irian Barat.

Lalu, atas ajakan kakaknya (Habib Alwi bin Salim Al Jufri), Guru Tua berlayar ke Manado. Dari kedatangan di daerah itulah, kelak Habib Idrus akan mendirikan Alkhairaat di Kota Palu Sulawesi Tengah.

Mulanya, Guru Tua pindah ke Wani setelah diminta oleh Habib Alwi untuk mengajar di Wani pada tahun 1929. Habib Alwi saat itu menggambarkan situasi masyarakat dan komunitas Arab di Wani. Madrasah Al Hidayah pun berdiri, sebagai tempat belajar-mengajar.

Guru Tua tinggal di Wani selama hampir satu tahun. Kemudian pada 1930, dia pindah ke Lembah Palu (Kota Palu yang dulunya bernama Celebes) karena mendapat dukungan dari Raja Djanggola untuk mengajar di kota tersebut. Tempat belajar-mengajarnya hanyalah ruangan toko milik Haji Quraisy dan rumah Haji Daeng Marocca. 

Pendirian Alkhairaat

Lihat halaman berikutnya >>

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement