REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Majelis Ulama Indonesia dalam fatwanya menyatakan praktik perdukunan dan peramalan, termasuk mendatanginya, adalah haram. Fatwa yang dimaksud ialah Fatwa MUI nomor 5 tahun 2005 tentang perdukunan dan peramalan yang mengacu pada beberapa dalil.
Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka sungguh, dia telah berbuat dosa yang besar." (QS An-Nisa ayat 48)
Apa yang dinyatakan oleh dukun, peramal atau sejenisnya pada dasarnya adalah bohong dan hasil curian jin dari langit. "Katakanlah, "Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang gaib, kecuali Allah"..." (QS An Naml ayat 65)
Allah SWT berfirman, "Apakah akan Aku beritakan kepadamu, kepada siapa syaitan-syaitan itu turun? Mereka turun kepada tiap-tiap pendusta lagi yang banyak dosa, mereka menghadapkan pendengaran (kepada syaitan) itu, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang pendusta." (QS Asy-Syu'ara Ayat 221-223)
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan dalam Surat Asy-Syu’ara ayat 221-223, mereka yang dimaksud adalah para penguping pembicaraan di langit sehingga mereka mendengar perkataan dengan ilmu ghaib. Mereka pun menambahkan apa yang mereka dengar dengan seratus kebohongan.
Setelah itu diberikan kepada wali mereka yang dalam hal ini adalah dukun, peramal atau sejenisnya. Hingga kemudian banyak orang yang percaya pada omongan dukun tersebut. Padahal apa yang disampaikan itu kebohongan.
Nabi Muhammad SAW telah bersabda, "Siapa yang mengunjungi seorang arraaf atau peramal (dukun) dan percaya pada apa yang dikatakannya, maka ia telah kafir kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad (Alquran)." (HR Imam Ahmad)
Diriwayatkan juga dari Aisyah RA, bahwa Nabi Muhammad SAW ditanya oleh beberapa orang tentang keberadaan dukun. Nabi SAW menjawab, "Mereka (para dukun) bukanlah apa-apa." Lalu mereka berkata, "Wahai Rasulullah! Tapi terkadang apa yang mereka sampaikan itu benar."
Rasulullah SAW bersabda lagi, "Perkataan yang nyata (benar) itu adalah perkataan yang dicuri oleh jin, kemudian dibisikkan ke telinga walinya (dukun), lalu mereka campur-adukkan kebenaran itu dengan seratus kedustaan." (HR Bukhari)
Karena itu, Islam melarang kaum Muslimin mendatangi dukun atau semacamnya, dan juga mempercayai para dukun maupun peramal nasib. Mereka sebetulnya tidak mengetahui apapun dan mereka hanya mengaku-ngaku tahu.