REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Selama lebih 1.000 tahun, Konstantinopel telah menjadi pusat dunia Barat dan [kemudian] sebagai pertahanan Kristen terhadap Islam. Tetapi tahun 1453, Mehmet II, sultan Imperium Turki Usmani, mengerahkan pasukan Islam, bertekad untuk mengambil kota itu melalui pengepungan.
Dilengkapi dengan persenjataan baru, 80 ribu Muslim bulan April 1453 mengawali pukulan mereka melawan hanya sejumlah 8.000 pasukan Kristen, yang dikomandani oleh Constantine XI, kaisar ke-57 Bizantium.
Setelah berpekan-pekan gempuran tanpa jeda, kota itu jatuh dan dunia berubah, menandai usainya dunia abad tengah. Ini dikutip dari karya Roger Crowley yang diterjemahkan menjadi “1453: Perang Suci untuk Konstantinopel dan Benturan Islam dan Barat.”
Bahwa kejatuhan Kota Konstantinopel itu telah mengubah dunia secara dramatis, memang dapat diterima. Dan itu dilakukan oleh seorang komandan berusia belia. Amati istilah yang dipakai di sini "Benturan Islam dan Barat" (The Clash of Islam and the West).
Bagaimana kebijakan Sultan Muhammad yang mengetahui banyak bahasa itu setelah peristiwa besar itu?
Dari sumber ensiklopedia Barat karya Cyril Glasse, kita baca kesaksian berikut ini, "Sebagai seorang sultan, Mehmet II bersikap liberal secara wajar terhadap penduduk yang ditaklukkannya, memberikan perlindungan terhadap gereja-gereja Kristen dan biara-biara yang jatuh ke bawah kekuasaannya. Memang, pada akhirnya, Turki Utsmani benar-benar telah jadi pelindung gereja Ortodoks."
"Mehmet II paham bahasa Persia, bahasa Arab, dan bahasa Turki, sedikit bahasa Latin dan bahasa Yunani. Dia menulis puisi dalam bahasa Persia dan sekaligus sebagai pelindung kesenian." (Lih Cyril Glasse, The Concise Encyclopedia of Islam. New York: HarperCollins, 1991, hlm. 266).
Baca juga: Pujian Rakyat Negara Arab untuk Indonesia Terkait Piala Dunia U-20, Terhormat!
Dalam sejarah Turki, Sultan Muhammad II sebagai penakluk besar ditulis dengan tinta emas. Namun, di ujung hidupnya yang tragis, pada 3 Mei 1481, Sultan Muhammad kabarnya diracun oleh dokternya seorang Persia yang bersekongkol dengan putra mahkota Bayezit, yang memang tidak punya hubungan dekat dengan sang ayah.
Kematian Sultan Muhammad ini disambut dengan sorak-sorai di Italia terutama. (Roger, hlm 254). Dunia Barat benar-benar merasa lega dengan menghilangnya musuh besar yang sangat ditakuti itu.
Istana Topkapi yang megah di Istanbul, tempat kediaman sultan Turki Utsmani antara abad ke-15 sampai akhir abad-ke-19, sarat dengan cerita mistik dan skandal harem (pergundikan). (Lih Akbar S. Ahmed, Islam Today. London-New York: I.B. Tauris Publishers, 2002, hlm 73).