Senin 03 Apr 2023 06:02 WIB

Yang Terjadi Terhadap Tentara Salib Saat Shalahuddin Taklukkan Yerusalem

Shalahuddin Al Ayyuubi taklukkan Yerusalem dengan minimalkan korban

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Nashih Nashrullah
Suasana perang salib memperebutkan Yerusalem. Shalahuddin Al Ayyuubi taklukkan Yerusalem dengan minimalkan korban
Foto:

 

Balian menyusun kekuatan. Saat tiba di Yerusa  lem, dirinya mendapati hanya 14 prajurit Kristen. Sebelum kotanya benarbenar dikepung, puluhan pemuda kemudian diangkat menjadi kesatria baru. Balian juga mengumpulkan stok makanan dan uang sehingga mencukupi bagi ratusan orang Kristen. Mereka datang dari kotakota yang telah jatuh ke tangan Islam.

Pada 20 September 1187, Shalahuddin tiba di luar benteng Yerusalem. Di depan Gerbang Damas  kus, pahlawan Muslim itu memerintahkan pasu  kannya untuk melempari benteng tersebut dengan anak panah. Mereka juga mengerahkan berbagai cara guna menjebol dinding yang dijaga ratusan pra  jurit Kristen di baliknya. Enam hari lamanya, per  tempuran yang tidak seimbang itu berlang sung.

Pada 26 September, dinding benteng Yerusa  lem akhirnya jebol. Namun, Shalahuddin tidak langsung memerintahkan pasukannya untuk menyerbu masuk. Sementara itu, warga sipil su dah sangat putus asa di dalam benteng.

Beberapa wanita Kristen melakukan ritual, seperti memotong rambut anak anak mereka atau menenggelamkan diri sendiri sedalam dagu dalam baskom besar berisi air. Tujuannya untuk bertobat, mengusir murka Tuhan.

Pada akhir September, Balian dengan seorang pengawal menemui Shalahuddin di kamp khusus yang dipasang di sekitar benteng. Kesatria Salib ini bersumpah akan menghancur  kan tempat-tempat suci Islam serta membantai ribuan tawanan Muslim yang masih ada di Yerusalem. Itu apabila sang sultan menjalankan penyerangan terhadap orangorang Kristen di dalam benteng.

Shalahuddin menginginkan pembebasan Yerusalem dengan pertumpahan darah sesedikit mungkin dari pihak Muslimin. Kepada Balian, ia menegaskan, dirinya bukanlah seperti Salibis, yang membantai puluhan ribu rakyat sipil saat menyerbu Baitul Makdis pada 1099 silam. Ya, kekhawatiran tentu menyelubungi benak Balian dan kaum Kristen umumnya yang masih bertahan di dalam benteng Yerusalem. Terba  yang pembantaian yang mungkin saja kali ini akan kembali menimpa mereka.

Namun, Shalahuddin bertindak layaknya sang pembebas sejati. Ia membawakan perda  mai an bagi kaum Kristen yang berkumpul ketakutan di Yerusalem. Hanya pasukan Salib yang di haruskannya untuk meninggalkan kota dengan membayar sejumlah denda.

Betapapun begitu, sang sultan masih saja melonggarkan ke  wajiban pembayaran tebusan setelah menyaksikan kesengsaraan janda dan anakanak para tawanan perang. Bahkan, cukup banyak prajurit Kristen yang dibebaskannya sama sekali sehingga dapat kembali ke Eropa tanpa disakiti. Adapun penduduk lokal Yerusalem yang beragama Nasrani tidak diganggunya sama sekali. Mereka dibebaskan untuk tetap tinggal di kota ini.

Untuk memastikan proses eksodus Salibis berjalan lancar, Shalahuddin memerintahkan semua pintu benteng ditutup kecuali satu gerbang utama. Di sana, prajuritnya memeriksa dengan teliti identitas setiap person yang keluar dari kota tersebut. Usai September 1187, seluruh Baitul Makdis sudah dikendalikan sang sultan. Hari Jumat, 12 Oktober 1187, dilaksanakanlah shalat Jumat yang amat bersejarah.

 

Mulai saat itu, azan kembali berkumandang dari Baitul Makdis. Masjid suci itu kemudian dibersihkan dari berbagai simbol nonIslam, termasuk salib yang selama kurang lebih 90 tahun terpasang di pucuk Qubbat ashShakhrah (Kubah Batu).  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement