REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam kitabnya Al-Hikam menyampaikan penjelasan tentang kesendirian yang penuh ketakwaan.
Allah mewahyukan kepada Nabi Musa AS, "Wahai Putra Imran, waspadalah selalu dan pilihlah untuk dirimu sahabat, dan setiap teman yang tidak membantumu berbuat taat kepada-Ku, maka ia adalah musuhmu."
Wahyu Allah juga disampaikan kepada Nabi Daud AS, "Wahai Daud, mengapa engkau menyendiri?" Nabi Daud menjawab, "Aku menjauhkan diri dari makhluk untuk mendekat kepada-Mu."
Allah SWT berfirman, "Wahai Daud, waspadalah selalu, dan pilihlah untukmu kawan-kawan, dan setiap kawan yang tidak membantu untuk berbakti kepada-Ku, maka ia adalah musuhmu, dan akan menyebabkan keras hatimu, serta jauh daripada-Ku."
Dalam kitab Al-Hikam, yang diterjemahkan oleh H Salim Bahreisy terbitan Balai Buku Surabaya 1984, juga disebutkan perkataan Nabi Isa AS:
"Berbahagialah orang yang perkataannya dzikir, dan diamnya berpikir, dan pandangannya perhatian. Sesungguhnya orang yang sempurna akal ialah yang selalu mengoreksi dirinya dan selalu bersiap, beramal, berbekal untuk menghadapi hari kemudian sesudah mati."
Rasulullah SAW bersabda, "Perumpamaan kawan yang baik dan yang buruk seperti seorang penjual minyak wangi dan pandai besi. Adapun penjual minyak wangi, mungkin ia akan memberikan hadiah kepadamu, atau engkau membeli darinya, atau engkau terkena wangi harum darinya. Sementara (dengan) pandai besi, mungkin ia akan membakar pakaianmu atau engkau memperoleh bau yang buruk."
Sahl bin Abdullah Attustary RA berkata, "Kebaikan itu terhimpun dalam empat macam. Dan dengannya tercapai derajat wali (selain melaksanakan ibadah-ibadah wajib. Empat itu adalah lapar, diam, menyendiri, dan bangun malam (bertahajud).