Senin 27 Mar 2023 17:20 WIB

Flexing di Medsos tapi Ucap Alhamdulillah, Bagaimana Hukumnya?

Fenomena flexing di medsos masih kerap terjadi.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Muhammad Hafil
<em>Flexing</em> di Medsos tapi Ucap Alhamdulillah, Bagaimana Hukumnya? Foto:   Flexing (ilustrasi). Perilaku flexing atau pamer kekayaan di media sosial (medsos) cenderung memiliki masalah insecurity atau ketidakamanan dan self-esteem atau harga diri yang rendah.
Foto: www.freepik.com
Flexing di Medsos tapi Ucap Alhamdulillah, Bagaimana Hukumnya? Foto: Flexing (ilustrasi). Perilaku flexing atau pamer kekayaan di media sosial (medsos) cenderung memiliki masalah insecurity atau ketidakamanan dan self-esteem atau harga diri yang rendah.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Fenomena flexing (pamer) di media sosial kerap terjadi, mirisnya hal itu justru dipopulerkan oleh para pesohor sambil mengucapkan kalimat tayyibah. Seperti alhamdulillah, masya Allah tabarakallah, dan lainnya. Bagaimana hukumnya?

Ustadzah Nurlaila Thoyyib dari Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) menjelaskan, pada hakikatnya sebuah amal setiap manusia diukur dari niat awal yang tertanam di hati mereka.

Baca Juga

Rasulullah SAW bersabda, "Innamal a'malu binniyat wa innama likullimri-in maa nawa. Faman kaanat hijrotuhu ilallahi wa rasulihi fahijratuhu ilalllah wa rasulihi, wa man kaanat hijrotuhu lidunta yushibuha aw imroatin yatazawwajuha fahijrotuhu ula maa hajara ilaihi,".

Yang artinya, "Sesungguhnya semua perbuatan tergantung niatnya, dan sesungguhnya (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa yang diniatkan; barangsiapa niat hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya adalah kepada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa niat hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa dia diniatkan,". (HR. Bukhari).

 

Untuk itu menurut Ustadzah Nurlaila, meski seseorang melakukan hal baik atau mengucap kalimat tayyibah namun berniat pamer, hal itu masuk dalam kategori pamer (al-fakhr). Dan tindakan itu termasuk sikap yang tercela. "Menurut pendapat saya, apapun caranya kalau niatnya pamer itu bisa riya ya, walaupun diringi dengan ucapan syukur," ujar Ustazah Nurlaila saat dihubungi Republika, Senin (27/3/2023).

Adapun kalimat syukur yang diucapkan dinilai merupakan ungkapan tahaddus bin-ni'mah. Di satu sisi hal itu memang baik, namun hal itu tidak bisa menjadi pembenaran dari sikap riya atau al-fakhr yang dilakukan.

Ustadzah Nurlaila menekankan bahwa hanya Allah lah Yang Maha Tahu apa yang ada di hati setiap hamba-Nya. Maka sebagai seorang Mukmin, lebih baik untuk menghindari hal-hal yang dapat menjurus pada sikap tercela.

Apalagi, Rasulullah berpesan agar umatnya menjauhi sikap riya dan al-fakhr. Dari Ubay bin Ka’ab, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Basyir hadzihil-ummata binnisaa-i warrif'ati, waddini, wannashri, wattamkini fil-ardhi, faman amila minhum amalal-akhiroti liddunya, lam yakun lahu fil-akhirti nshibun,".

Yang artinya, "Sampaikan kabar gembira kepada umat ini dengan keluhuran, kedudukan yang tinggi (keunggulan), agama, pertolongan dan kekuasaan di muka bumi. Barangsiapa di antara mereka melakukan amal akhirat untuk dunia, maka dia tidak akan mendapatkan bagian di akhirat,". (HR Ahmad).

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement