Selasa 21 Mar 2023 05:49 WIB

Isi Surat Suleiman I Ini Buktikan Tunduknya Prancis kepada Kesultanan Ottoman Islam

Kerajaan Prancis tunduk terhadap kedigdayaan Kesultanan Ottoman

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Nashih Nashrullah
Istana Topkapi di Istanbul, Turki. Kerajaan Prancis tunduk terhadap kedigdayaan Kesultanan Ottoman
Foto:

Langkah pertama Begitu mendengar kabar bahwa putranya ditawan, Louise segera mengumpulkan seluruh kalangan istana. Diputuskanlah bahwa Prancis akan membangun aliansi baru demi mendesak Wangsa Habsburg. Dan, satu-satunya kekuatan yang dapat mengata si dinasti terse but ialah kerajaan Islam, Kekhalifahan Turki Utsmaniyah.

Inilah langkah awal kerja sama lintas agama yang sebe lumnya sangat tabu bagi dunia Kristen abad pertengahan, aliansi yang mempertemukan antara bendera Salib dan Bulan Sabit.

Pertama-tama, Prancis mengirimkan rombongan delegasi untuk menghadap Sultan Suleiman I. Namun, belum sampai ke Konstantinopel (Istanbul) rombongan itu di bunuh perampok. Seluruh surat berharga yang mereka bawa ikut raib.

Louise tidak menyerah. Kelompok berikutnya pun dikirim dari Paris. Mereka dipimpin Jean Frangipani, seorang agen berdarah Kroasia yang mengabdi untuk Prancis. Pada Desember 1525, Frangipani sampai di tujuan dan diterima dengan baik oleh Pemerintah Turki.

Negeri-negeri Eropa-Kristen waktu itu menjuluki Turki Utsmaniyah sebagai negeri Pintu Mulia (bahasa Prancis: La Sublime Porte). Asal-usul julukan itu ialah sebuah gerbang besar di Istana Wazir, tempat balai sidang pemerintahan di Konstantinopel. Secara metaforis, ungkapan Pintu Mulia dipakai untuk mengibaratkan Turki sebagai gerbang Asia.

Pada 6 Februari 1526, Frangipani kembali ke Paris dengan membawa surat balasan dari Sultan Suleiman I. Surat tersebut berisi pembukaan, yakni segala puja dan puji kehadirat Allah SWT.

Baca juga: Perang Mahadahsyat akan Terjadi Jelang Turunnya Nabi Isa Pertanda Kiamat Besar?

Kemudian, shalawat dan salam dihaturkan kepada Nabi Muhammad SAW, para Khulafaur Rasyidin, juga keluarga Nabi Muhammad SAW. Isi surat tersebut yang kerap dikutip kalangan sejarawan adalah sebagai berikut:

"Saya adalah sultannya para sultan, penguasa yang berdaulat, pemberi mahkota kepada para raja di muka bumi, bayangan Allah di muka bumi, sultan dan penguasa berdaulat atas Laut Mediterania dan Laut Hitam, (wilayah kekuasaan) dari Rumelia dan Anatolia, Karamania, tanah Romawi, Dhulkadria, Diyarbakir, Kurdistan, Azerbaijan, Persia, Damaskus, Aleppo, Kairo, Makkah, Madinah, Yerusalem, dari semuanya tanah Arab, Yaman, dan banyak negeri lainyang semuanya itu telah dibebaskan oleh para pendahulu saya yang mulia (semoga Allah menerangi kuburan mereka!). (Wilayah-wilayah itu) telah ditaklukkan oleh kekuatan senjata mereka (para sultan Turki), dan Baginda Agustus (kaisar Romawi Timur) telah tunduk pada pedang flamboyan saya.

Saya, Sultan Suleiman Khan, putra dari Sultan Selim Khan, putra dari Sultan Bayezid Khan (mengirim surat) kepada Anda, Fransesko, penguasa provinsi Prancis. Saya membenarkan bahwa Anda telah mengirimkan (utusan) ke Pintu Mulia. Surat Anda dibawa hamba setia Anda, Frangipani, dan kepadanya pula Anda telah memercayakan komunikasi verbal.

Anda telah memberi tahu saya bahwa musuh telah menguasai negara Anda dan bahwa Anda saat ini sedang berada di dalam penjara sebagai tawanan. Anda meminta bantuan dari saya untuk pembebasan Anda. Semua perkataan Anda ini telah dikemukakan di hadapan singgasana saya (melalui Frangipani). Situasi Anda telah mendapatkan perhatian dari kerajaan saya dan saya telah mempertimbangkan semuanya.

Ketahuilah bahwa penangkapan seorang raja adalah hal biasa. Maka, tenanglah, dan tak perlu gusar! Sebab, sungguh kamilah penakluk negeri-negeri kuat dan benteng-benteng yang kokoh. Dan sungguh, kuda-kuda perang kami selalu terjaga siang dan malam. Pedang-pedang kami selalu terhunus. Maka, Allah yang akan memudahkan segala kebaikan dengan kehendak-Nya jua. Adapun hal-hal lainnya akan disampaikan kepadamu melalui utusanmu."

 

Dari surat tersebut, jelaslah bahwa Sultan Suleiman I tidak me mandang setara antara kerajaannya dan Prancis. Bahkan, Prancis di sebutnya hanya sebagai sebuah provinsi, seolah-olah Francis I adalah seorang gubernur, bukan raja.    

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement