REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Imam Ahmad nama lengkapnya Ahmad bin Hambal Syaibani Al-Marwazi dan biasa dipanggil Abu Abdullah. Imam Ahmad bergelar Imam Ahli Sunnah dilahirkan di Baghdad tahun 164 Hijriyah.
Awal mula Imam Ahmad dipenjara dan disiksa khalifah, suatu ketika dikisahkan kelompok mu'tazilah mengajak Khalifah Al-Makmun untuk mengikuti pendapat bahwa Alquran adalah makhluk dan terlepas dari sifat-sifat Allah. Khalifah tidak menerima pendapat mereka dan tetap berpegang kepada mazhab salaf. Namun ketika kelompok mereka menguasai khilafah, semua dikirim mengikuti pendapatnya.
Kelompok mu'tazilah yang telah menguasai khilafah mengirim surat kepada Gubernur Baghdad yaitu Iskhak bin Ibrahim untuk mengajak masyarakat mengikuti pendapat mu'tazilah. Namun Iskhak dan ulama hadis menolak ajakan tersebut. Kemudian Baghdad ditekan dengan embargo bahan makanan.
Imam Ahmad bin Hambal terus melakukan aksi penolakan bersama Muhammad Bin Nuh Al Jundiy, akhirnya keduanya ditangkap dan dilaporkan kepada hhalifah.
Ketika sampai di negeri Rahbah, keduanya didatangi orang Baduwi bernama Jabir bin Amir yang memberi salam kepada Imam Ahmad dan berkata, "Kamu adalah seorang utusan kaum, jangan sekali-kali menghianati mereka, kamu adalah pemimpin kaum jangan sekali-kali mengikuti ajakan mu'tazilah, kalau kamu mencintai Allah, bersabarlah dalam pendirianmu karena tidak ada pembatas antara kamu dan surga kecuali dibunuh. Kalau tidak menyerang kamu akan dibunuh, kalau hidup maka hiduplah secara terpuji."
Imam Ahmad bin Hambal mengatakan ucapan orang Baduwi itu membuatku teguh untuk tetap menolak terhadap ajakan mereka. Ketika rombongan sudah dekat dari pendopo kekhalifahan, seorang hamba mendekat dan meneteskan air mata sambil berkata "Wahai Abdullah sesungguhnya Al-Makmun tidak pernah menghunus pedangnya seperti yang dia lakukan sekarang, dia bersumpah atas nama kekerabatan dengan Rasulullah jika anda tidak mengatakan Alquran sebagai makhluk."
Imam Ahmad terduduk, matanya menatap langit dan berkata, "Wahai Tuhanku apa yang terjadi dengan penguasa fajir ini sampai dia tega memukul dan membunuh. Ya Allah, kalau benar Alquran kalam-Mu, bukan makhluk, cukupkanlah kezalimannya."
Kemudian terdengarlah jeritan atas kematian Al-Makmun pada sepertiga malam terakhir. Terdengar kabar bahwa Al-Mu'tashim menjabat kekhalifahan sesudah Al-Makmun dan memutuskan Ahmad bin Abi Daud kejajaran penasehatnya.
Imam Ahmad bin Hambal Dipenjara dan Disiksa
Permasalahan bertambah parah, Imam Ahmad beserta para tawanan digiring ke Baghdad dan disiksa, kaki mereka dirantai. Muhammad bin Nuh wafat dalam perjalanan ini dan Imam Ahmad mensholatinya.
Ketika sampai di Baghdad, waktu itu bulan Ramadhan, Imam Ahmad dimasukkan ke dalam penjara antara 28 sampai 30 bulan. Selama itu dia menunaikan sholat bersama narapidana yang lain. Sedangkan rantai besi melingkar di kaki mereka. Kemudian atas keputusan Khalifah Al-Mu'tashim, Imam Ahmad dikeluarkan dari penjara untuk menghadap khalifah.
Untuk menempuh perjalanan, ikatan rantai ditambah. Imam Ahmad berkata, "Saya tidak dapat berjalan dengan ikatan rantai seberat ini."
Kemudian Imam Ahmad dibawa dengan troli yang ditarik kuda hingga sampai ke Istana Al-Mu'tashim. Imam Ahmad dimasukkan ke dalam ruangan gelap dan tertutup. Ketika akan mencari air wudhu, ia tidak mendapatkan air kecuali sedikit dalam bejana.
Maka Imam Ahmad berwudhu dalam kegelapan. Ia tunaikan sholat tanpa mengetahui arah kiblat dengan pasti. Namun ternyata Imam Ahmad menghadap ke arah yang benar. Setelah itu, Imam Ahmad dipanggil menghadap Al-Mu'tashim yang sedang duduk bersama Abi Daun.
Percakapan para Al-Mu'tashim dan pengikutnya dengan Imam Ahmad berjalan sangat argumentatif.
Imam Ahmad, "Ya Amirul Mukminin untuk apa Rasulullah SAW mengajak? Al-Mu'tashim menjawab, "Untuk bersaksi tiada Tuhan selain Allah." Imam Ahmad berkata, "Saya pun bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah."
Al-Mu'tashim berkata, "Menurutmu apa Alquran?" Imam Ahmad menjawab, "Alquran adalah ilmu Allah, demi Allah barangsiapa menyangka ilmu Allah itu makhluk maka telah kafir."