Senin 13 Mar 2023 23:06 WIB

MUI: Normalisasi Arab Saudi Iran Pertanda Baik untuk Konflik Dunia Islam 

MUI menilai kesepakatan damai antara Arab Saudi dan Iran sangat positif

Rep: Fuji E Permana / Red: Nashih Nashrullah
Dalam foto yang dirilis oleh Nournews ini, Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran, Ali Shamkhani, kanan, berjabat tangan dengan diplomat paling senior China Wang Yi, saat Penasihat Keamanan Nasional Arab Saudi Musaad bin Mohammed al-Aiban terlihat saat upacara penandatanganan perjanjian antara Iran dan Arab Saudi untuk membangun kembali hubungan diplomatik dan membuka kembali kedutaan setelah tujuh tahun ketegangan antara rival Timur Tengah, di Beijing, China, Jumat (10/3/2023).
Foto: Nournews via AP
Dalam foto yang dirilis oleh Nournews ini, Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran, Ali Shamkhani, kanan, berjabat tangan dengan diplomat paling senior China Wang Yi, saat Penasihat Keamanan Nasional Arab Saudi Musaad bin Mohammed al-Aiban terlihat saat upacara penandatanganan perjanjian antara Iran dan Arab Saudi untuk membangun kembali hubungan diplomatik dan membuka kembali kedutaan setelah tujuh tahun ketegangan antara rival Timur Tengah, di Beijing, China, Jumat (10/3/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Komisi Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional Majelis Ulama Indonesia (MUI) melihat normalisasi hubungan Arab Saudi dan Iran sebagai tanda meningkatnya pengaruh China terhadap Arab Saudi dan Iran. 

Sekaligus tanda Arab Saudi yang semakin tidak nyaman dengan Amerika Serikat (AS) yang menekan agar menjalin hubungan diplomasi dengan Israel. 

Baca Juga

Ketua Komisi Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional MUI, Buya Bunyan Saptomo, mengatakan, umat Islam di seluruh dunia menyambut baik normalisasi hubungan Iran dan Arab Saudi. Mereka dua negara penting anggota dan pendiri Organisasi Kerjasama Islam (OKI). 

"Normalisasi ini pertanda baik bagi peredaan konflik di dunia Islam khususnya konflik di Irak, Lebanon, Suriah, dan Yaman, di mana kedua negara disinyalir sebagai pendukung utama pihak-pihak yang berkonflik," kata Buya Bunyan kepada Republika.co.id, Senin (13/3/2023)

Buya Bunyan mengatakan, normalisasi hubungan Arab Saudi dan Israel juga menunjukkan merosotnya pengaruh Amerika Serikat (AS) terhadap Arab Saudi, khususnya Pangeran Mohamed bin Salman (MBS).

Menurutnya, selama ini Amerika hanya menjadikan Arab Saudi sebagai sapi perahan untuk membeli produk senjata Amerika. Namun faktanya senjata Amerika tidak sepenuhnya bisa melindungi wilayah Arab Saudi dari serangan roket dan drone milik musuh.

"Arab Saudi juga semakin tidak nyaman terhadap tekanan Amerika untuk menjalin hubungan diplomatik dengan Israel, mengingat posisi Arab Saudi sebagai pusat dunia Islam," ujar Buya Bunyan.

Dia mengatakan, Arab Saudi khususnya Pangeran Mohamed bin Salman (MBS) nampaknya juga semakin tidak nyaman dengan tekanan Amerika atas pelanggaran HAM di Arab Saudi. Terutama terkait pembunuhan Khashoggi di Istanbul beberapa tahun lalu.

Baca juga: Arab Saudi-Iran Sepakat Damai Diprakarsai China, Ini Reaksi Amerika Hingga Negara Arab

Menurut Buya Bunyan, normalisasi hubungan kedua negara yakni Arab Saudi dan Iran juga menunjukkan meningkatnya pengaruh China terhadap Iran dan Arab Saudi, khususnya kemampuan China membela Iran dan Arab Saudi dari tekanan Amerika.

"Iran dan Arab Saudi tahun terakhir ini mengindikasikan untuk bergabung ke BRIC, yang mana China merupakan anggota utamanya," jelas Buya Bunyan.

Buya Bunyan mengatakan, Iran dan Arab Saudi juga telah menyatakan minat untuk gabung dengan Shanghai Cooperation Organization (SCO), organisasi kerjasama regional Eurasia yang anggota utamanya China dan Rusia.   

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement