REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sahabat Nabi Muhammad ﷺ, Muawiyah bin Abu Sufyan radhiyallahu anhuma memimpin kaum Muslimin pada 41-60 Hijriyah. Kendati demikian, Muawiyah merupakan salah satu sahabat yang dicerca kalangan Syiah sepanjang sejarah.
Dikutip dari buku Inilah Faktanya karya Dr Utsman bin Muhammad al-Khamis, berikut beberapa fakta terkait biografi dari Muawiyah bin Abu Sufyan RA
Pertama, kelahiran
Muawiyah lahir lahir empat tahun menjelang Rasulullah SAW menjalankan dakwah di kota Makkah. Riwayat lain menyebutkan dia lahir dua tahun sebelum diutusnya Muhammad SAW menjadi Nabi.
Kedua, keislaman
Beberapa riwayat menyatakan bahwa Muawiyah memeluk Islam bersama ayahnya, Abu Sufyan bin Harb dan ibunya Hindun binti Utbah tatkala terjadi Fathu Makkah.
Namun riwayat lain menyebutkan, Muawiyah masuk Islam pada peristiwa Umrah Qadha’ tetapi menyembunyikan keislamannya sampai peritistiwa Fathu Makkah.
Dalam Tarikh al-Islam, Muawiyah bin Abu Sufyan RA memeluk Islam sebelum ayahnya, yakni pada saat umroh qadha, tahun 7 H, tapi dia baru menunjukkan Islamnya kepada semua orang pada tahun penaklukan kota Makkah.
Ketiga, istri dan anak
Berikut adalah istri-istri Khalifah Muawiyah bin Abu Sufyan RA beserta anak-anaknya: Maisun binti Bahdal al-Kalbiyyah, darinya lahir Yazid, Fakhitah binti Qurdzah al-Munafiyah, darinya lahir ‘Abdurrahman dan ‘Abdullah, Serta Na-ilah binti ‘Imarah al-Kalbtyyah.
Keempat, keutamaan
Terdapat beberapa hadits Nabi Shallallahu alaihi wa sallam yang menunjukkan keutamaan Muawiyah bin Abu Sufyan RA. ertama, Rasulullah ﷺ bersabda tentangnya:
الهم اجعله هدايا مهديا واهدبه “Ya Allah, jadikanlah dia pemberi petunjuk dan orang yang mendapat petunjuk, serta berilah orang petunjuk melaluinya.” (Jamiut Tarmidzi)
Kedua, Rasulullah ﷺ bersabda:
الهم علم معاوية الكتاب والحساب وقه العذاب
“Ya Allah, ajarilah Muawiyah al-Kitab dan ilmu hitung, serta lindungilah dia dari adzab.” (HR. Ahmad)
Baca juga: Perang Mahadahsyat akan Terjadi Jelang Turunnya Nabi Isa Pertanda Kiamat Besar?
Kelima, diangkat pemimpin
Di masa Rasulullah SAW, dia diangkat sebagai salah seorang pencatat wahyu setelah bermusyawarah dengan Malaikat Jibril. Ambillah dia sebagai penulis wahyu karena dia jujur,” kata Jibril.
Pada masa Khulafaur Rasyidin, Muawiyah diangkat menjadi salah seorang panglima perang di bawah komando utama Abu Ubaidah bin Jarrah. Kaum Muslimin berhasil menaklukkan Palestina, Syria (Suriah), dan Mesir dari tangan Imperium Romawi Timur. Berbagai kemenangan ini terjadi pada masa pemerintahan Umar bin Al-Khathab.
Ketika Utsman bin Affan menjabat sebagai khalifah menggantikan Umar, Muawiyah diangkat sebagai gubernur untuk wilayah Syria dan Palestina yang berkedudukan di Damaskus menggantikan Gubernur Abu Ubaidah bin Jarrah.
Pada masa pemerintahan Ali, terjadi beberapa konflik antara kaum Muslimin. Di antaranya Perang Shiffin. Perang yang terjadi antara Ali dan Muawiyah ini berakhir dengan perdamaian.
Ketika Khalifah Ali bin Abi Thalib terbunuh, kaum Muslimin sempat mengangkat putranya, Hasan bin Ali. Namun melihat keadaan yang tidak menentu, setelah tiga bulan, akhirnya Hasan mengundurkan diri dan menyerahkan jabatan khalifah kepada Muawiyah bin Abi Sufyan.
Serah terima jabatan itu berlangsung di kota Kufah. Tahun inilah yang dalam sejarah dikenal dengan Amul Jama’ah (Tahun Kesatuan). Dengan demikian, Muawiyah resmi menjadi khalifah.
Keenam, wafat
Sebelum wafat, Muawiyah Radhiyallahu Anhu memegang tampuk pemerintahan dan menjadi khalifah kaum Muslimin selama lebih kurang 20 tahun. Yaitu, sampai tahun 60 H. Masa kepemimpinannya dipenuhi dengan banyak penaklukan dan keamanan.