Kamis 23 Feb 2023 23:25 WIB

Isra Miraj dan Multidimensi Ritual Sholat yang Mengagumkan

Isra Miraj merupakan peristiwa agung yang meneguhkan urgensi sholat

Ilustrasi sholat. Isra Miraj merupakan peristiwa agung yang meneguhkan urgensi sholat
Foto:

Oleh : Ahmad Habibi, Ketua Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Bangka Selatan dan Dosen LB IAIN SAS Bangka Belitung

Filosofi sholat

Secara filosofis, Sholat memiliki dua nilai yakni nilai spiritual dan sosial . Nilai spiritual shalat adalah dzikrullah atau mengingat Allah SWT sebagimana yang dijelaskan dalam QS Thaha ayat 14 yang artinya:

إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي

“Sesungguhnya Aku adalah Allah, tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan laksanakanlah shalat untuk mengingatku.”

Ayat ini secara tegas mengatakan bahwa dengan melaksanakan shalat manusia dapat mengingat kehadirat Allah SWT dan merasakan kedekatan dengan Allah SWT karena sholat adalah ibadah khusus yang secara riil menyerahkan diri, pikiran, dan hati manusia kehadirat Allah SWT.

Dalam bahasa yang lebih dalam lagi shalat adalah komunikasi langsung antara hamba dan pencipta dengan keintiman yang tidak berjarak. Maka dengan melaksanakan sholat yang jumlahnya lima kali sehari ditambah dengan sholat sunnah akan mengarahkan manusia dekat taqarrub dengan Yang Mahapemberi Petunjuk yang akan membuat kehidupan manusia berada pada jalan yang benar, damai, dan kebahagian di dunia maupun di akherat kelak.

Nilai kedua dalam sholat adalah nilai sosial, sebagaimana yang dijelaskan dalam QS Al Ankabut ayat 45:

ٱتْلُ مَآ أُوحِىَ إِلَيْكَ مِنَ ٱلْكِتَٰبِ وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ ۖ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ ٱللَّهِ أَكْبَرُ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ

“Bacalah kitab yang telah diwahyukan kepadamu dan laksanakanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Dan ketahuilah mengingat Allah itu lebih besar. Allah Mahamengetahuai apa yang kamu kerjakan.”

Dalam ayat ini kita secara langsung dapat menangkap pesan bahwa tujuan sholat adalah mencegah manusia dari perbuatan keji dan munkar.

Perbutan keji dan munkar identik dengan kejahatan sosial artinya kita dapat menangkap secara jelas bahwa sholat memiliki fungsi sosial yang kuat karena seolah ada jaminan bahwa jika umat Islam melaksanakan sholat maka akan terhidar dari perbuatan keji dan munkar yang berarti akan terhindar dari kekejian dan kemunkaran diantara umat manusia dalam kehidupan masyarakat.

M Quraish Shihab dalam al-Mishbah mengatakan bahwa pebuatan keji (al-fahsya) artinya sesuatu yang melampaui batas dalam keburukan dan kekejian, baik ucapan maupun perbuatan seperti kekikiran, perzinahan, homoseksual, dan kemusyrikan.

Sedangkan perbuatan munkar (al-munkar) berarti segala sesuatu yang melanggar norma-norma agama dan budaya/adat istiadat suatu masyarakat yang bersiat umum.

Perbuatan keji dan mungkar ini jika kita sederhanakan bisa diartikan dengan kejahatan sosial atau kejahatan yang berrarah pada perusakan norma, adat-istiadat, dan pranata sosial.

Maka, ibadah sholat adalah ibadah yang mendidik umat Islam untuk hidup secara ideal dan terbebas dari kejatan sosial. Lebih dalam lagi pada ayat ini, bahwa sholat memiliki nilai sosial yakni mencegah manusia pada perbuatan keji dan mungkar yang nota bene adalah struktur yang merusak pranata dan keharmonisan soaial masyarakat.

Oleh sebab itu bagaimana implementasi makna dari shalat yang dapat mencegah pada rusaknya pranata atau harmoni sosial masyarakat. Salah satunya bisa tercermin dalam dua matrik ini.

Pertama, equalitas sosial, bahwa sholat adalah bentuk ibadah yang menyetarakan status seluruh manusia dan mengklaim bahwa manusia adalah sama di hadapan tuhannya.

Baca juga: Sujud Syukur dan Kekalahan Pertama yang Tewaskan Puluhan Ribu Tentara Mongol di Ain Jalut

Terlebih pada sholat jamaah, semua jamaah berstatus sama, berdiri sama rata lurus sama rasa dan semua wajah menghadap ke bawah tempat bersujud. Tidak ada posisi spesial dan diistimewakan hanya saja satu orang diberi tempat di depan sebagai fungsi keteraturan dan kekompakan untuk beribadah di hadapan Tuhan yang Mahatinggi.

Islam hadir dengan konsep equalitas atau setara, semua manusia berstatus sama dihadapan yang Mahakuasa. Islam menekankan bahwa setiap manusia adalah sama di hadapan Allah SWT.

Laki-laki, perempuan, anak-anak, dewasa, atau orang tua, baik miskin ataupun kaya, baik berprofesi sebagi petani, peternak, pedagang ataupun yang berpangkat atau tidak berpangkat semua  merupakan makluk Allah SWT yang menjadi nilai bagi Allah SWT adalah takwa yang dapat diartikan sebuah nilai ketaan kepada nilai-nnilai luhur kebaikan.

Semua memiliki hak mendapatkan jaminan kehidupan yang bebas, aman, damai dan sejahtera.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement