Oleh : Ahmad Habibi, Ketua Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Bangka Selatan dan Dosen LB IAIN SAS Bangka Belitung
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Peristiwa Isra Miraj merupakan peristiwa historis-spiritualistik yang telah terjadi lebih dari 1.500 tahun lalu.
Namun demikian peristiwa ini terus dibicaran dan terus diperingati oleh umat Islam karena serat dengan makna esensial Islam itu sendiri dan juga merupakan peristiwa monumental bagi tegaknya tiang agama Islam yaitu tentang perintah melaksanakan ibadah shOlat.
Secara bahasa Isra’ berarti perjalanan di malam hari dan Mi’raj berarti tangga atau naik. Secara istilah Isra Miraj adalah perjalanan (yang diperjalankan) Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Yarussalem (Palestina) kemudian naik ke Sidratul Muntaha dalam waktu satu malam.
Peristiwa ini terjadi saat Nabi Muhammad SAW masih berada di Makkah pada 620-621 Masehi tepatnya pada 27 Rajab saat Nabi Muhammad SAW berumur kurang lebih 50 tahun.
Isra Mi’raj merupakan dua dimensi perjalanan yang sulit diterima akal bagi kaum empiris karena perjalan ini melibatkan unsur metafisik dimana perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjid Al Aqsa di lalukan dalam waktu satu malam, tidak hanya itu perjalanan ini menembus tujuh lapisan langit dan berujung pada Sidratul Muntaha yang merupakan dimensi metafisik sangat tinggi dan sangat sakeral dalam agama Islam.
Namun, bagi umat Islam peristiwa ini harus diimani dengan keyakinan penuh karena merupakan rukun iman yang menyatakan bahwa seorang Muslim harus percaya kepada yang gaib.
Peristiwa Monumental
Peristiwa Isra Miraj merupakan perjalanan semalam namun seribu peristiwa sekaligus seribu makna. Di dalamnya terdapat banyak peristiwa yang dilalui Nabi Muhamamd SAW. Baik yang berhubungan dengan nilai keduniaan maupun nilai keakhiratan.
Jika dibedah perjalanan ini terbagi menjadi dua poros yakni poros horizontal (Masjidil Haram Makkah ke Masjid Al Aqsa Yerussalam saat ini Palestina) dan poros vertikal (Masjid Aqsa Palestina ke Sidratul Muntaha) yang dilakukan dalam waktu satu malam (kurang dari 12 jam). Kedua poros ini melambangkan perjalanan hidup manusia akan melewati dimensi hablum minannas dan hablum minallah.
Baca juga: Ketika Sayyidina Hasan Ditolak Dimakamkan Dekat Sang Kakek Muhammad SAW
Pertama, perjalanan poros horizontal dikisahkan bahwa nabi Muhammad bertemu dengan beberapa nabi dan rasul yang telah wafat mendahului beliau. Dalam perjumpaannya dengan para nabi dan rasul tersebut, beliau mendapatkan berbagai hikmah bagaimana gambaran para nabi dan rasul dalam mendakwahkan ajaran Islam kepada umat mereka masing-masing agar tercipta masyarakat yang bertauhid kepada Allah SWT dan sekaligus tercipta masyarakat yang berkeadilan, makmur sejahtera dan memiliki nilai peradaban sesuai dengan zaman masing masing.
Hikmah ini sangat besar pengaruhnya bagaimana nanti Nabi Muhamamd Saw melanjutkan dakwah di Madinah yang pada akhirnya mampu mencetuskan peradaban kemanusiaan yang sangat hebat yang diakui oleh dunia barat sekalipun.
Kedua, perjalanan poros vertikal sekaligus menjadi esensi Isra Miraj adalah perjalanan spiritual Nabi Muhamamad SAW menghadap Allah SWT secara langsung untuk menerima perintah sholat.
Perintah sholat diterima Nabi Muhammad SAW secara langsung yang artinya ibadah ini merupakan ibadah yang sangat penting dan sangat sakeral. Dalam hal ini maka umat Islam harus mampu menarik makna sholat yang notabanenya merupakan ibadah penting bahkan merupakan tiang agama pada maknanya yang konkret sebagaimana disebutkan dalam QS Thaha ayat 14 dan QS Al Ankabut ayat 45.