Rabu 22 Feb 2023 11:54 WIB

Pendapatan Negara Naik 48,1 Persen pada Awal 2023

Belanja negara mencapai Rp 141,4 triliun atau tumbuh 11,2 persen.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Friska Yolandha
Menteri Keunganan Sri Mulyani Indrawati. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan kondisi perekonomian nasional terus optimistis namun tetap waspada.
Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
Menteri Keunganan Sri Mulyani Indrawati. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan kondisi perekonomian nasional terus optimistis namun tetap waspada.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan kondisi perekonomian nasional terus optimistis namun tetap waspada. Kondisi itu tergambarkan pada pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada bulan pertama 2023.

Ia menyebutkan, pendapatan negara pada awal 2023 naik 48,1 persen year on year (yoy) atau mencapai Rp 232,2 triliun. Kenaikan itu dinilai lebih tinggi dibandingkan akhir 2022 atau 9,4 persen dari target.

Baca Juga

"Ini tentu mencerminkan kondisi perekonomian secara keseluruhan,” ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita secara virtual, Rabu (22/2/2023). 

Belanja negara, lanjutnya, juga menembus Rp 141,4 triliun atau tumbuh 11,2 persen yoy. Angka tersebut mencapai 4,6 persen dari target. Sedangkan dari segi situasi, APBN pada bulan pertama mengalami surplus Rp 90,8 triliun atau 0,43 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Bahkan untuk keseimbangan primer, sambungnya, surplus Rp 113,9 triliun. 

"Ini adalah kinerja pada Januari, kinerja ini diperoleh dari konteks kondisi ekonomi global dan Indonesia yang akan saya sampaikan," tutur dia. 

Kondisi perekonomian global, kata Sri Mulyani, seluruh negara terutama berbagai negara maju masih mengalami tantangan sangat berat. Ia menjelaskan, pertumbuhan ekonomi tahun ini diperkirakan lebih lambat dari 2022, apalagi 2021 yang saat itu merupakan tahun pemulihan ekonomi sesudah pandemi. Maka tren melemahnya ekonomi di negara maju ini masih berlanjut.

Lalu kemungkinan terjadinya resesi, lanjutnya, juga masih ada. "Oleh karena itu peranan dari ekonomi global yang melambat terutama disumbangkan oleh perekonomian Amerika Serikat (AS), Eropa, dan Tiongkok meski diperkirakan maju tp masih di bawah target yang diharapkan oleh pemerintah Tiongkok sendiri," jelas Sri Mulyani.

Dirinya pun menuturkan, tahun lalu kinerja APBN positif. Hal itu sejalan dengan perekonomian domestik yang membaik, serta semakin terkendalinya pandemi Covid-19.

APBN 2022, kata Sri Mulyani, menjadi instrumen pendukung pencapaian target pembangunan, meredam dampak gejolak ekonomi global, dan menjaga tingkat kesejahteraan masyarakat. “Kinerja APBN yang baik di tahun 2022 dan momentum pertumbuhan ekonomi diharapkan dapat menjadi modal kuat di tengah ketidakpastian ekonomi pada 2023,” ujarnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement