Ahad 12 Feb 2023 13:17 WIB

Ramadhan Tahun Ini, Puasa Muslim Uni Emirat Arab Jamnya Pendek dan Cuacanya Dingin

Puasa Ramadhan di Uni Emirat akan dimulai pada 23 Maret mendatang

Rep: Mabruroh/ Red: Nashih Nashrullah
Pemandangan umum Masjid Al Noor selama Festival Cahaya Sharjah di emirat Teluk Sharjah, Uni Emirat Arab (ilustrasi). Puasa Ramadhan di Uni Emirat akan dimulai pada 23 Maret mendatang
Foto: EPA-EFE/ALI HAIDER
Pemandangan umum Masjid Al Noor selama Festival Cahaya Sharjah di emirat Teluk Sharjah, Uni Emirat Arab (ilustrasi). Puasa Ramadhan di Uni Emirat akan dimulai pada 23 Maret mendatang

REPUBLIKA.CO.ID, ABU DHABI — Otoritas Umum Urusan Islam dan Wakaf Uni Emirat Arab (UEA), mempublikasikan dalam situs webnya, bahwa puasa Ramadhan tahun ini akan berlangsung sekitar 13 jam. 

Selain jam puasa yang lebih pendek, puasa tahun ini juga bertepatan dengan musim dingin. “Jam puasa tidak hanya akan lebih pendek tahun ini, tetapi suhunya juga diperkirakan jauh lebih dingin karena bulan suci akan berada di awal musim semi,” kata Ketua Dewan Direksi Emirates Astronomy Society, Ibrahim Al Jarwan, dilansir dari Khalej Times, Ahad (12/2/2023). 

Baca Juga

Suhu dingin tahun ini, selama Ramadhan akan berkisar antara 17 hingga 35 derajat pada awal bulan suci dan akan berkisar antara 17 hingga 36 derajat menjelang akhir bulan. “Gangguan cuaca musim semi Al Sarayat mungkin juga terjadi selama Ramadhan, ini mungkin menyebabkan hujan lebat,” ujar dia. 

Pada Ramadhan, umat Islam akan menjalankan puasa sejak terbit matahari hingga terbenam matahari. Warung makan dan restoran mungkin akan tetap diizinkan dibuka selama bulan Ramadhan, tetapi tidak diperbolehkan makan atau minum di depan umum. 

Ramadhan biasanya akan berlangsung selama 29 atau 30 hari, dan secara hukum, jam kerja dan hari sekolah juga akan berkurang selama sebulan penuh. 

Ibrahim mengatakan, bulan sabit baru untuk Ramadhan akan lahir pada pukul 21:23 malam pada hari Selasa, 21 Maret yaitu setelah matahari terbenam dan keesokan harinya akan 10 derajat di atas cakrawala barat dan ditetapkan setelah 50 menit. 

Menurutnya, inilah alasan hari pertama Ramadhan Hijriyah 1444 kemungkinan akan dimulai pada Kamis, 23 Maret 2023. 

Berbicara kepada Khaleej Times pekan lalu, Hassan Hariri mengomentari mengapa bulan-bulan lunar terkadang 29 hari dan terkadang 30 hari. 

"Orbit bulan dimiringkan di atas khatulistiwa bumi, itu tidak persis pada tingkat yang sama dengan khatulistiwa bumi. Makanya kadang terlihat jelas dan kadang bukan karena tergantung geometri bumi, bulan dan matahari. Orbitnya juga elips dan bukan lingkaran. Itu sebabnya geometri memungkinkan kita untuk melihat bulan lebih awal atau terlambat," katanya. 

Dia juga berbicara tentang pentingnya penampakan bulan, yang diadakan selain perhitungan astronomi. 

Dia mengatakan bahwa mereka tidak saling bertentangan tetapi digunakan bersama-sama dan bahwa itu adalah kewajiban Islam untuk 'melewatinya'.  

Baca juga: 4 Sosok Wanita yang Bisa Mengantarkan Seorang Mukmin ke Surga, Siapa Saja?

Mengutip hadits Nabi Muhammad (SAW), yang mengatakan, "Berpuasalah ketika Anda melihat bulan dan berbukalah ketika Anda melihat bulan." 

"Islam mendukung penggunaan ilmu pengetahuan dan sains, sehingga selaras," kata Hassan. 

Sesuai perhitungan astronomi, Ramadhan akan dimulai pada 23 Maret, dan pada hari itu, sholat Subuh yang menandai dimulainya puasa, pada pukul 5:02 pagi dan sholat Magrib (matahari terbenam) pada pukul 6:35 sore, sehingga total waktu puasa 13 jam, 33 menit.  

Pada akhir bulan, yang diharapkan pada 20 April, jam puasa akan sedikit meningkat menjadi 14 jam 16 menit karena sholat Subuh dimulai pukul 4:31 pagi dan Maghreb pada pukul 6:47 sore. 

Tahun lalu, puasa di hari pertama Ramadhan berlangsung selama 13 jam 48 menit, hari terakhir adalah 14 jam 33 menit. 

Bulan Suci berlangsung selama 29 atau 30 hari, dan komite penampakan bulan menentukan awal dan akhir. 

 

Sumber: khaleejtimes 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement