REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Alquran mengabadikan kisah-kisah yang penuh hikmah dan pelajaran berharga, selah satunya adalah kisah pemiliki kebun.
Surat al-Qalam sempat menceritakan secara detail tentang keluarga kaya pemilik kebun "ashhaabul Jannah". Imam Mujahid menyebutkan itu kebun anggur.
Mereka bersepakat akan memetik hasil panennya sepagi mungkin sebelum orang-orang miskin datang sebagaimana biasanya untuk mengambil hak mereka
إِنَّا بَلَوْنَاهُمْ كَمَا بَلَوْنَا أَصْحَابَ الْجَنَّةِ إِذْ أَقْسَمُوا لَيَصْرِمُنَّهَا مُصْبِحِينَ
“Sesungguhnya Kami telah mencobai mereka (musyrikin Mekah) sebagaimana Kami telah mencobai pemilik-pemilik kebun, ketika mereka bersumpah bahwa mereka sungguh-sungguh akanmemetik (hasil)nya di pagi hari.” (QS Al-Qalam ayat 17).
Kata "aqsamuu" maknanya kemauan yang kuat. Malam itu pada saat mereka tidur lelap, Allah SWT langsung menghanguskan semua kebun tersebut.
فَطَافَ عَلَيْهَا طَائِفٌ مِنْ رَبِّكَ وَهُمْ نَائِمُونَ “Lalu kebun itu diliputi malapetaka (yang datang) dari Tuhanmu ketika mereka sedang tidur.” (QS Al-Qalam ayat 19).
Kebun itu menjadi hitam legam:
فَأَصْبَحَتْ كَالصَّرِيمِ “Maka jadilah kebun itu hitam seperti malam yang gelap gulita.” (QS Al-Qalam ayat 20).
Ini bukti bahwa kemauan yang kuat untuk berbuat jahat, sekalipun belum dilakukan adalah termasuk kemaksiatan. Karena itu Allah SWT langsung menurunkan azab atas mereka. Rasulullah SAW bersabda:
إياكم والمعاصي، فإن العبد ليذنب الذنب فيحرم به رزقًا قد كان هُيِّئ له
“Jauhilah maksiat, sesungguhnya seorang hamba boleh jadi melakukan maksiat, dengannya rezeki yang sudah dipersiapkan baginya menjadi terhalang)." (HR Abu Hatim).
Seharusnya pemilik kebun itu bisa menuai hasil panennya. Namun, karena maksiat yang mereka perbuat dengan bersepakat untuk tidak berbagi kepada fakir miskin, kesepakatan bejat tersebut menghalangi hasil panennya.
Lalu, Allah SWT menggambarkan secara dramatis bagaimana detik-detik hangusnya kebun tersebut.
Pagi itu mereka segera saling membangunkan antarmereka supaya tidak terlambat menuju kebun:
فَتَنَادَوْا مُصْبِحِينَ “Lalu mereka panggil memanggil di pagi hari.” (QS Al-Qalam ayat 21). Itu mereka lakukan secara diam-diam.
فَانْطَلَقُوا وَهُمْ يَتَخَافَتُونَ “Maka pergilah mereka saling berbisik-bisik.” (QS Al-Qalam ayat 23). Kata "yatakhaafathuun" menunjukkan makna ekstrarahasia. Tujuannya supaya tidak ada satupun orang miskin di sekitar mereka yang tahu.
أَنْ لَا يَدْخُلَنَّهَا الْيَوْمَ عَلَيْكُمْ مِسْكِينٌ "Pada hari ini janganlah ada seorang miskinpun masuk ke dalam kebunmu". (QS Al-Qalam ayat 24). Mereka yakin pagi itu akan berhasil menguasai hasil kebunnya.
وَغَدَوْا عَلَىٰ حَرْدٍ قَادِرِينَ “Dan berangkatlah mereka di pagi hari dengan niat menghalangi (orang-orang miskin) padahal mereka (menolongnya).” (QS Al-Qalam ayat 25).
Setibanya mereka di kebun yang dituju, ternyata tidak ada sedikit pun dari hasil panen yang bisa mereka petik. Semuanya sudah menjadi tumpukan arang yang berserakan.Tadinya mereka sempat ragu, jangan-jangan ini bukan kebun mereka: "Innaa ladhaallun (Kita salah jalan)," kata mereka. (QS 68: 26).
Namun, setelah mereka perhatikan ciri-cirinya, ternyata itu benar. Seketika mereka mengatakan bahwa hari itu mereka tidak ada hasil panen.
بَلْ نَحْنُ مَحْرُومُونَ “Bahkan kita dihalangi (dari memperoleh hasilnya)". (QS al-Qalam ayat 27).
Baca juga: Islam akan Jadi Agama Mayoritas di 13 Negara Eropa pada 2085, Ini Daftarnya
Lalu mereka segera bertobat dan mengakui atas kesalahannya.
قَالُوا سُبْحَانَ رَبِّنَا إِنَّا كُنَّا ظَالِمِينَ “Mereka mengucapkan: "Mahasuci Tuhan kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim." (QS Al-Qalam ayat 29). Lalu dipertegas lagi:
قَالُوا يَا وَيْلَنَا إِنَّا كُنَّا طَاغِينَ “Mereka berkata: "Aduhai celakalah kita; sesungguhnya kita ini adalah orang-orang yang melampaui batas." (QS Al-Qalam ayat 31).
Pada saat yang sama, mereka berdoa semoga kebun yang rusak itu diganti Allah SWT dengan yang lebih baik.
عَسَىٰ رَبُّنَا أَنْ يُبْدِلَنَا خَيْرًا مِنْهَا إِنَّا إِلَىٰ رَبِّنَا رَاغِبُونَ “Mudah-mudahan Tuhan kita memberikan ganti kepada kita dengan (kebun) yang lebih baik daripada itu; sesungguhnya kita mengharapkan ampunan dari Tuhan kita.”
Dr Az Zuhaily menjelaskan bahwa tobat dan doa mereka diterima, lalu Allah menggantinya dengan kebun yang lebih baik.
* Naskah Dr Amir Faishal Fath, tayang di Harian Republika