Kamis 19 Jan 2023 10:18 WIB

Tingkatan Nafsu Paling Rendah dan Pengakuan Nabi Yusuf Terkait Kasus Zulaikha 

Tingkatan nafsu paling rendah adalah nafsu ammarah dalam diri manusia

Rep: Muhyiddin / Red: Nashih Nashrullah
Jejak Nabi Yusuf AS (ilustrasi). Tingkatan nafsu paling rendah adalah nafsu ammarah dalam diri manusia
Foto: republika
Jejak Nabi Yusuf AS (ilustrasi). Tingkatan nafsu paling rendah adalah nafsu ammarah dalam diri manusia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Tingkatan nafsu yang paling rendah adalah nafsu Ammarah. tahapan ini meliputi semua kekuatan dalam diri yang membuat kita tersesat.

Dalam buku "Obrolab Sufi" terbitan Zaman, Syekh Ragip Frager menjelaskan, termenologi ini disebutkan dalam Alquran, tepatnya dalam surat Yusuf ayat 53.

Baca Juga

Diceritakan bahwa ketika Nabi Yusuf alaihissalam meminta penguasa Mesir untuk membersihkan namanya dari tuduhan bahwa ia mencoba memerkosa Zulaikha, istri majikannta. 

Sang Raja mengetahui babwa Zulaikha bersalah karena mencoba menggoda Nabi Yusuf. Setelah dinyatakan tidak bersalah, Nabi Yusuf berkata dalam Alquran, 

وَمَآ اُبَرِّئُ نَفْسِيْۚ اِنَّ النَّفْسَ لَاَمَّارَةٌ ۢ بِالسُّوْۤءِ اِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّيْۗ اِنَّ رَبِّيْ غَفُوْرٌ ررَّحِيْمٌ

"Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Mahapengampun lagi Mahapenyayang." (QS Surat Yusuf ayat 53).

Dalam kisah Nabi Yusuf ini, kita melihat seorang nabi yang mengakui bahwa ia harus berjuang melawan diri (nafsu)-nya yang rendah. Dan ia mengingatkan bahwa perjuangan melawan nafsu hanya bisa berhasil dengan bantuan Allah SWT. 

Pada tahapan yang paling rendah ini kita tidak menyadari kesalahan dan kecenderungan kita untuk berbuat jahat. 

Kita selalu menyangkal bahwa kecenderungan itu ada, sama seperti pecandu minuman keras yang mengatakan, 

"Aku tidak punya masalah dengan alkohol. Aku hanya minum sedikit-sedikit saat sarapan, menyesap sedikit saat makan siang, dan beberapa teguk di antara kedua waktu itu. Aku tidak punya masalah dengan minuman keras."

Kesadaran dan penyangkalan kita membuat nafsu yang tiranis menjadi semakin kuat. Banyak dari kita yang hidup dalam tahapan ini. 

Ini merupakan tahapan yang kerap membuat kita terpeleset. Misalnya, ketika seseorang menyalip mobil kita, atau ketika seseorang bersikap kasar, atau ketika seseorang membuat kita tersinggung atau marah, kita langsung menyikapinya secara reaktif. 

Kita terperosok dalam tahapan itu tanpa disadari. "Jadi, nafsu Ammarah sangatlah kuat," Syekh Ragip Frager dikutip dari buku Oboralan Sufi halaman 38.      

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement