Rabu 18 Jan 2023 09:01 WIB

Masjid Al-Aqsa Pernah Berjaya Jadi Pusat Ilmu di Masa Sahabat Nabi Hingga Era Ghazali

Masjid Al-Aqsa di Palestina menjadi salah satu mercusuar ilmu dalam sejarah Islam

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Nashih Nashrullah
Kompleks Masjid Al-Aqsa di Kota Tua Yerusalem (ilustrasi). Masjid Al-Aqsa di Palestina menjadi salah satu mercusuar ilmu dalam sejarah Islam
Foto: AP/ Mahmoud Illean
Kompleks Masjid Al-Aqsa di Kota Tua Yerusalem (ilustrasi). Masjid Al-Aqsa di Palestina menjadi salah satu mercusuar ilmu dalam sejarah Islam

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA– Pada masanya, Kota Yerusalem adalah salah satu tempat studi keilmuan dengan Masjid Al-Aqsa sebagai pusatnya. Daerah ini istimewa karena menjadi salah satu pusat peradaban Islam dan berpengaruh dalam budaya Arab dan Islam.

Sejarah mencatat bahwa kota ini adalah saksi dari berbagai peradaban, seperti fakta bahwa tanah ini adalah tanah para nabi, ladang berkah dan kebajikan selain juga menjadi jantung wilayah Syam. Hingga puncaknya, pada masa Islam banyak orang yang pergi ke Yerusalem, tidak lain bertujuan untuk menuntut ilmu

Baca Juga

Pentingnya kota ini, dapat terlihat dari pada generasi awal Islam yang datang ke kota untuk belajar dan mengajari Islam. 

Dalam sebuah riwayat dijelaskan, setelah penaklukan Yerusalem kebanyakan dari mereka yang menghadiri sholat Jumat di Al-Aqsa adalah para sahabat Nabi Muhammad SAW. 

Sebuah tanda yang menunjukkan pentingnya kota ini dan dimulainya transformasi tanah ini menjadi pusat keilmuan yang dipimpin oleh para sahabat.

Adapun di antara sahabat terkemuka yang mengunjungi Yerusalem selama penaklukan Islam atas kota tersebut adalah Abu Ubaidah bin Al-Jarrah, Khalid bin Al-Walid, Muadz bin Jabal, yang biasa datang untuk beribadah selama berhari-hari di Masjid Al-Aqsa. 

Termasuk juga Bilal bin Rabah yang mengumandangkan adzan di Masjid Al-Aqsa setelah penaklukan. Ada juga Muawiyah bin Abi Sufyan, Abu Hurairah, Auf bin Malik Al-Asyja'i, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Baca juga: Kisah Pembantaian Brutal 20 Ribu Muslim Era Ottoman Oleh Pemberontak Yunani  

Selama era para sahabat inilah, Masjid Al-Aqsa berubah menjadi mercusuar ilmu, terutama setelah Umar bin Khattab menentukan letak dan membangun Masjid Al-Qibli di lokasinya saat ini. Dia menunjuk seseorang untuk mengajarkan Alquran kepada orang-orang.

Di antara mereka yang belajar di tangan para Sahabat adalah Muaz dan Ubadah, dan ulama sahabat lainnya adalah Abdurahman bin Ghanem al-Ash'ari, yang dianggap sebagai Syekh Palestina di tahap itu, dan kemudian menjadi salah satu ahli hukum Yerusalem dan Palestina. 

Sejak masa itu, kehidupan intelektual di Palestina mulai berkembang, apalagi setelah bermukimnya banyak sahabat yang ahli fiqih dan hadits.

Dilansir dari Arabic Post, Rabu (11/1/2023), setelah era para sahabat, peran kota ini dalam perkembangan keilmuan dan pemikiran justu diperkuat. Upaya tersebut disponsori langsung oleh para khalifah Bani Umayyah baik di Kubah Batu atau di Al-Aqsa.

Ulama terkemuka dalam berbagai ilmu Islam kemudian muncul dari Yerusalem, di antaranya Muhammad bin Ahmad al-Maqdisi al-Bishari, penulis buku 'The Best Divisions in Knowledge Regions', dan Abu al-Ma'ali dan Ibn Tamim al-Maqdisian. 

Dan di antara para ulama yang Kota itu yang menarik adalah Imam Abu Hamid al-Ghazali yang terkenal dengan bukunya 'Ihya ulumuddin'.     

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement