Ahad 15 Jan 2023 08:12 WIB

Kisah Pembantaian Brutal 20 Ribu Muslim Era Ottoman Oleh Pemberontak Yunani  

Pembantaian Tripoli menargetkan Muslim yang dilakukan para pemberontak Yunani

Rep: Umar Mukhtar / Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi. Pembantaian Tripoli menargetkan Muslim yang dilakukan para pemberontak Yunani
Foto:

Dalam kondisi ini, organisasi tersebut ingin memanfaatkan kesempatan ini dengan cepat, untuk mengisi kekosongan ini dan menyerang Ottoman yang belum mengumpulkan kekuatannya. 

Mereka kemudian berbondong-bondong pergi ke Peloponnese, yang mereka anggap relatif aman. Tempat inilah yang disiapkan  organisasi dan pendukung kemerdekaan Yunani, untuk memulai pemberontakan dan pecahnya Perang Kemerdekaan Yunani. 

Pada Februari 1821, Perang Kemerdekaan Yunani pecah, yang berlangsung selama beberapa tahun. 

Organisasi Yunani bekerja untuk menyalakan pemberontakan dan memulai tindakan pembunuhan dan sabotase di semenanjung "Peloponnese", yang membuat Kesultanan Ottoman kehilangan kendali atas wilayah tersebut pada 22 Februari 1821. 

Tujuh bulan setelah pecahnya pemberontakan di seluruh Yunani, Kota Tripoli diambil alih Yunani pada 23 September 1821. 

Pengambilalihan ini terjadi setelah Yunani mengepungnya dengan ketat dan melancarkan serangan besar-besaran terhadap pasukan Ottoman. 

Segera setelah kota direbut, sebuah delegasi yang mewakili populasi Muslim pergi menemui pasukan pemberontak Yunani. 

Kedua belah pihak menandatangani perjanjian atas terjaminnya warga sipil saat keluar dari kota, dan aman bagi mereka dan keluarganya. 

Namun perjanjian itu dilanggar setelah para pemberontak Yunani membantai warga sipil Kesultanan Ottoman. Di antaranya orang Turki, Muslim Albania, dan Yahudi tanpa diskriminasi, dan tidak ada yang tersisa karena pemberontak ingin kota itu sama sekali tidak memiliki etnis dan agama lain.  

Beberapa orang Yahudi yang tinggal di kota itu pun mencoba melarikan diri. Tetapi pasukan Yunani telah mengepung mereka dari berbagai penjuru. Mereka disiksa dan dibunuh dengan brutal, sebagaimana yang juga dialami oleh warga Muslim. 

Sejarawan Amerika Justin McCarthy menyampaikan, "Selama 3 hari, warga sipil Turki yang malang menyerah pada nafsu dan tirani segerombolan orang biadab yang kejam, yang tidak membedakan jenis kelamin atau usia, bahkan wanita dan anak-anak disiksa sebelum mereka dibunuh."

Baca juga : Islam akan Jadi Agama Mayoritas di 13 Negara Eropa pada 2085, Ini Daftarnya 

McCarthy menjelaskan, pembantaian tersebut sangat masif hingga menutupi seluruh bagian kota. Bahkan salah satu pemimpin pemberontakan Yunani, Theodoros Kolokotronis mengatakan, saat memasuki kota dari gerbang atas benteng, kuda yang dinaikinya tidak menyentuh tanah, karena jalur prosesi perayaan kemenangan yang dipimpinnya menginjak tumpukan mayat. 

Sejarawan Inggris David Howarth juga mengungkapkan, ada catatan dari seorang perwira Eropa yang menyaksikan peristiwa tersebut. 

Dari catatan itu diketahui, sekitar 20 orang Eropa yang berada di kota selama pembantaian menyaksikan barbarisme orang Yunani. 

Salah satu dari 20 orang Eropa itu adalah kolonel Skotlandia Thomas Gordon, yang mengatakan bahwa peristiwa yang dilihatnya di Tripoli sangat menakutkan dan akan tetap memalukan sampai selamanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement