Jumat 13 Jan 2023 16:54 WIB

Psikolog Ungkap Pemicu KDRT

KDRT masih terjadi di Indonesia.

Rep: Santi Sopia/ Red: Muhammad Hafil
Psikolog Ungkap Pemicu KDRT. Foto: Kasus KDRT (ilustrasi)
Foto: abc news
Psikolog Ungkap Pemicu KDRT. Foto: Kasus KDRT (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beranda berita di sejumlah media Indonesia mengabarkan masih terjadinya Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Hal ini terjadi di kalangan selebritis maupun masyarakat lainnya.

Karina Adistiana, M.Psi. Psikolog, menyebutkan, KDRT biasanya tidak tiba-tiba muncul, melainkam ada tanda-tandanya.

Baca Juga

“KDRT disebabkan karena ada relasi kuasa, tidak ada respect dari satu pihak, merasa lebih berhak melakukan sesuatu, lebih punya otoritas, karena kamu harus nurut, kamu punya saya,” kata Karina beberapa waktu lalu.

 Dari penelitian, terjadinya KDRT dikarenakan ada relasi kuasa tersebut, di mana satu pihak tidak lagi menghormati pihak yang lain. Alasan kemudian muncul rasa tidak hormat itu bisa disebabkan banyak hal.

Misalnya, terjadi konflik yang disebabkan adanya perbedaan nilai. Konflik bukan hanya dengan pasangan tapi juga bisa dari anggota keluarga lain, seperti mertua, ipar dan lainnya yang bisa ikut campur.

Karina melanjutkan bahwa pemikiran seperti ‘pasangan adalah milik kita’ itu adalah konsep yang keliru. Sebab keluarga adalah organisasi terkecil, jadi harus ada komunikasi yang setara.

Tidak mungkin ada keluarga tanpa konflik. Jika tidak kelihatan, mala itu yang berbahaya.

“Tidak pernah berantem, menikah apa sobatan? Kadang munculnya perbedaan nilai ditumpuk, tidak pernah dikomunikasikan lalu meledak,” lanjut dia.

Dalam kesetaraan komunikasi, ada yang namanya pembagian peran. Sering kali penyebab berantem-berantem kecil yang menjadi konflik dikarenakan pembagian peran yang tidak dibahas.

Ada persepsi bahwa terjadi komunikasi yang buruk dari satu pihak yang mendapat kekerasan verbal. Padahal, kemungkinan si istri atau korban kekerasan KDRT hanya mencoba mengeluarkan keresahannya.

Karina menambahkan bajwa ekonomi menjadi salah satu sumber konflik dalam rumah tangga. Bukan persoalan banyak atau sedikitnya, tapi umumnya terkait bagaimana mengelolanya.

Di dalam keluarga, dua hal yang sangat penting, yaitu komunikasi dan rasa saling menghormati. Persiapan kesehatan, ilmu dan mental menuju pernikahan juga semakin penting, jangan hanya memikirkan pesta acara. Karina mengajak untuk semakin membudayakan persiapan-persiapan yang lebih esensial.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement