REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan Ahmad bin Syuaib An-Nasa'i menjelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW memberi peringatan kepada manusia yang membenarkan kebohongan dan kezaliman pemimpin. Peringatan tersebut adalah orang yang membenarkan kebohongan dan kezaliman pemimpin tidak termasuk golongan Nabi Muhammad SAW.
أَخْبَرَنَا هَارُونُ بْنُ إِسْحَقَ قَالَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدٌ يَعْنِي ابْنَ عَبْدِ الْوَهَّابِ قَالَ حَدَّثَنَا مِسْعَرٌ عَنْ أَبِي حَصِينٍ عَنْ الشَّعْبِيِّ عَنْ عَاصِمٍ الْعَدَوِيِّ عَنْ كَعْبِ بْنِ عُجْرَةَ قَالَ خَرَجَ إِلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ تِسْعَةٌ خَمْسَةٌ وَأَرْبَعَةٌ أَحَدُ الْعَدَدَيْنِ مِنْ الْعَرَبِ وَالْآخَرُ مِنْ الْعَجَمِ فَقَالَ اسْمَعُوا هَلْ سَمِعْتُمْ أَنَّهُ سَتَكُونُ بَعْدِي أُمَرَاءُ مَنْ دَخَلَ عَلَيْهِمْ فَصَدَّقَهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَأَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَلَيْسَ مِنِّي وَلَسْتُ مِنْهُ وَلَيْسَ يَرِدُ عَلَيَّ الْحَوْضَ وَمَنْ لَمْ يَدْخُلْ عَلَيْهِمْ وَلَمْ يُصَدِّقْهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَلَمْ يُعِنْهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَهُوَ مِنِّي وَأَنَا مِنْهُ وَسَيَرِدُ عَلَيَّ الْحَوْضَ
Ka'b bin 'Ujrah berkata, "Rasulullah SAW keluar kepada kami dan kami berjumlah sembilan, lima dan empat, salah satu dari dua kelompok dari Arab dan yang lainnya orang selain Arab."
Kemudian Nabi Muhammad SAW bersabda, "Apakah kalian pernah mendengar bahwa akan ada setelah aku para pemimpin, barang siapa yang menemui mereka dan membenarkan kedustaan mereka serta membantu kezaliman mereka maka ia bukan termasuk golongan aku dan aku bukan darinya. Ia tidak akan menemui aku di telaga, serta tidak menemui mereka. Barang siapa yang tidak mempercayai kedustaan mereka dan tidak membantu kezaliman mereka maka ia termasuk golongan aku dan aku bagian darinya, ia akan menemui aku di telaga." (HR An-Nasa'i)
Di dalam hadist lainnya, Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa jihad yang paling utama adalah mengatakan yang benar di hadapan penguasa yang zalim.
أَخْبَرَنَا إِسْحَقُ بْنُ مَنْصُورٍ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ عَلْقَمَةَ بْنِ مَرْثَدٍ عَنْ طَارِقِ بْنِ شِهَابٍ أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَدْ وَضَعَ رِجْلَهُ فِي الْغَرْزِ أَيُّ الْجِهَادِ أَفْضَلُ قَالَ كَلِمَةُ حَقٍّ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ
Thariq bin Syihab menceritakan bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah SAW dan ia telah meletakkan kakinya di batang kayu yang ditancapkan di tanah, "Jihad apakah yang paling utama?"
Nabi Muhammad SAW bersabda, "Perkataan yang benar di hadapan penguasa yang zalim." (HR An-Nasa'i)
Dapat dipahami, tidak semua orang berani mengatakan kebenaran di hadapan penguasa yang zalim karena takut dengan konsekuensinya. Maka dalam hadist ini dijelaskan bahwa mengatakan kebenaran di hadapan penguasa yang zalim termasuk jihad.