Rabu 11 Jan 2023 04:00 WIB

Kisah para Wanita Bekerja di Zaman Nabi Muhammad dan Aturan Bagi Muslimah Bekerja

Umat Islam diajarkan untuk bekerja untuk mencapai ridha Allah.

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Ani Nursalikah
Kisah para Wanita Bekerja di Zaman Nabi Muhammad dan Aturan Bagi Muslimah Bekerja
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wanita dalam Islam dimuliakan dan diberi kedudukan tinggi dalam perannya di masyarakat sebagaimana tercatat dalam sejarah. Perannya saat menjadi ibu juga diakui sebagai madrosatul ula atau pemberi pengajaran dan pendidikan utama bagi anak.

Namun, peran wanita saat ini semakin luas dengan banyaknya wanita karier atau beraktivitas di luar rumah. Bagaimana Islam melihat kondisi ini? Bagaimana aturan wanita bekerja atau berkarier? Lalu seperti apa wanita yang bekerja pada masa Nabi dan generasi awal Islam?

Profesor Fikih Perbandingan di Universitas Al-Azhar Abdel-Fattah Idrees mengatakan umat Islam diajarkan untuk bekerja, beramal atau bergerak dengan sebaik-baiknya untuk nantinya dilihat oleh Allah SWT. Muslim dituntut berlomba-lomba mengerjakan kebaikan untuk mencapai ridha-Nya.

Allah SWT berfirman:

وَقُلِ ٱعْمَلُوا۟ فَسَيَرَى ٱللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُۥ وَٱلْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَٰلِمِ ٱلْغَيْبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ

Artinya: Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan." (QS. At Taubah: 105).

Dilansir dari About Islam, Syekh Idrees menyebut Islam tidak pernah melarang wanita untuk bekerja di dalam atau di luar rumah. Sebagai gambaran, istri-istri Rasulullah SAW biasa bekerja di rumah. Misalnya, mereka biasa mewarnai pakaian dan kulit di samping pekerjaan rumah tangga lainnya, seperti menyiapkan makanan, membersihkan rumah, serta melayani dan merawat Nabi Muhammad.

Contoh lain dari pekerjaan wanita adalah istri Nabi Aisyah biasa menyiapkan jamu yang diresepkan oleh tabibnya. Dia juga biasa memberikannya sendiri kepada Rasulullah dan merawatnya, selain pekerjaan rumah tangganya.

Selain itu, istri-istri para Sahabat Nabi biasa melakukan pekerjaan rumah tangga dan sejenisnya. Misalnya, Fatimah (putri Nabi) biasa menjalankan quern (penggilingan biji-bijian) sendiri sampai tangannya bengkak, dan Nabi Muhammad tidak melarang hal itu.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement