REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Nabi Muhammad SAW memang manusia biasa, dalam artian, beliau makan dan minum laiknya manusia lainnya, berdagang ke pasar, memimpin negara, dan keluarga, bertetangga dengan Muslim dan non-Muslim, guru dan sekaligus teman bagi para muridnya, komandan perang dan inspirator saat perang.
Tetapi, beliau adalah uswatun hasanah, suri teladan yang agung dan abadi sepanjang zaman.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS Al-Ahzab ayat 21)
Sekitar 1400 tahun lebih telah berlalu. Sang Nabi terasa hadir dalam setiap derap langkah kehidupan umat Islam.
Sang Nabi Muhammad SAW menjadi teladan dalam semua aspek kehidupan umat Islam. Uniknya, selama 24 jam, langit tidak pernah sepi dari lantunan zikir dan shalawat dari 1,3 miliar lebih kaum Muslimin yang menyebut namanya.
Sholat kaum Muslim tidak sah jika tidak membaca shalawat untuk Nabi. Tidak ada satu manusia pun yang menduduki tempat terhormat seperti ini.
Tidak ada satu umat, bangsa, atau peradaban, yang memiliki suri teladan yang senantiasa ’up to date’ sebagaimana kaum Muslim yang senantiasa meneladani Muhammad SAW dalam semua aspek kehidupan.
Mulai tidur sampai tidur lagi, berusaha mencontoh Nabi Muhammad SAW. Bangun tidur, Muslim mengikuti cara dan doa Nabi Muhammad SAW. Sejak usia dini, anak-anak Muslim meniru cara Nabi SAW memasuki kamar mandi, adab dan doanya pula dihafal luar kepala.
Muslim yang menjadi kepala negara tak hilang cara guna membina negara mulia. Sebab, Nabi SAW menjadi sumber inspirasi dan teladan bangun negara uta ma, baldatun thayyibatun wa rabbun gha fur. Beliau pemimpin negara. Beliau panglima perang. Nabi pun suami teladan.
Dalam Kitab Uqudul Lujain Fi Huquqi al- Zaujain, dikutip satu hadits Nabi Muhammad SAW:
خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِى
”Sebaik-baik kamu adalah yang baik terhadap keluarganya, dan aku adalah orang yang terbaik terhadap keluargaku.”
Itulah makna dan fakta kedudukan Nabi Muhammad SAW sebagai uswah hasanah, model yang hidup sepanjang zaman.
Baca juga: Al-Fatihah Giring Sang Ateis Stijn Ledegen Jadi Mualaf: Islam Agama Paling Murni
Meskipun sudah 1.400 tahun ber lalu, keteladanannya tetap hidup dan relevan. Ini unik. Hanya kaum Muslim yang memiliki model lengkap sepanjang zaman.
Sekagum-kagumnya kaum komunis terhadap Karl Marx, mereka tidak menjadikan Karl Marx sebagai teladan dalam seluruh aspek kehidupan.
Mereka tidak akan bertanya, bagaimana cara Karl Marx tidur, bagaimana cara Karl Marx berkeluarga, bagaimana cara Karl Marx bertetangga, dan bagaimana cara Karl Marx memimpin negara.
Bagi bangsa Amerika, Thomas Jefferson dianggap sebagai the prophet of this country. Tetapi, mereka tidak akan bertanya bagaimana cara Thomas Jefferson menggosok gigi.
Karena itulah Alquran menjelaskan bahwa salah satu karunia Allah SWT yang sangat besar kepada para mukmin adalah diutusnya seorang rasul dari kalangan mereka sendiri.
Rasul itu manusia, bukan malaikat, dan bukan anak Tuhan atau setengah Tuhan. Bedanya, rasul yang mulia itu menerima wahyu dari Allah SWT.
Sebesar apa pun cinta kaum Muslim kepada Sang Nabi, tak pernah terlintas di benak kaum Muslim untuk mengangkatnya sebagai manusia setengah Tuhan atau anak Tuhan. (Lihat QS Ali Imran: 164, al-Kahfi: 110).
*Naskah artikel DR KH Adnan Husaini tayang di Harian Republika 2014