Ahad 25 Dec 2022 09:10 WIB

Menelusuri Cikal Bakal Arsitektur Islam

Arsitektur Islam sebenarnya terletak pada arsitekturnya yang tersembunyi.

Rep: Fauziyah Mursid/ Red: Agung Sasongko
Umat Islam melakukan ibadah shalat di Masjid Sultan Mahmud Badaruddin I Jaya Wikromo atau Masjid Agung Palembang, Sumsel, Selasa (12/4/2022). Masjid ini pertama kali diresmikan pada tahun 1748 dengan menampilkan perpaduan arsitektur Tiongkok, Eropa, dan Nusantara.
Foto: ANTARA/Feny Selly
Umat Islam melakukan ibadah shalat di Masjid Sultan Mahmud Badaruddin I Jaya Wikromo atau Masjid Agung Palembang, Sumsel, Selasa (12/4/2022). Masjid ini pertama kali diresmikan pada tahun 1748 dengan menampilkan perpaduan arsitektur Tiongkok, Eropa, dan Nusantara.

REPUBLIKA.CO.ID,Menilik sejarahnya, memang banyak pihak berbeda pendapat tentang asal-muasal arsitektur Islam. Ada yang menyebutkan, sejarah arsitektur Islam pertama kali dimulai ketika Rasulullah SAW beserta para sahabatnya membangun masjid Quba, Madinah pada permulaan tahun hijriyah atau sekitar tahun 622 Masehi. Bentuknya denah persegi empat dan dinding sederhana yang menjadi pembatasnya. Di bagian depannya dibuat mihrab untuk Rasul berkhutbah. Sedang pada bagian puntu dibuat gapura. Bahan-bahan yang digunakan bermacam-macam, ada baru alam (batu gunung), pohon dan pelepah kurma serta daun-daunnya. Meski arsitekturnya sangat sederhana, bangunan masjid pertama ini menjadi prototipe dari arsitektur masjid pada masa kemudian.

Ada pula yang menyatakan, cikal bakal arsitektur Islam itu adalah kiblat umat Islam di seluruh dunia, yaitu Ka'bah. Rasulullah SAW bersama sahabatnya pernah mekonstruksi bangunan Ka'bah pada tahun 630 M, atau dua tahun setelah 'Fathu Makkah' (Penaklukan Kota Makkah) dari kafir quraisy. Walau masih sederhana, namun hal itu dianggap sebagai cikal bakal dimulainya arsitektur Islam.

Baca Juga

Kini arsitektur Islam berkembang begitu luas, baik di bangunan sekular (gedung, rumah, perkantoran) maupun bangunan keagamaan. Seiring perkembangan zaman, arsitektur Islam yang turut mewarnai hampir seluruh pendirian bangunan, kini makin kaya khazanah dengan dipadukannya arsitektur Islam dengan lainnya, seperti Roma, Persia, China dan lainnya. Sehingga, konsep arsitektur Islam -terkadang-- malah tak tampak dari luar.

Ernst J Grube dalam tulisannya berjudul What Is Islamic Architecture, mengungkapkan, bentuk dominan dari arsitektur Islam sebenarnya terletak pada arsitekturnya yang tersembunyi. Artinya, arsitektur Islam baru bisa terlihat setelah memasukinya dan melihat bentuknya dari dalam.

Martin menambahkan, arsitektur Islam sangat kuat dalam memahami harmonisasi antara manusia dengan lingkungan serta Sang Pencipta. Sayangnya, kata dia, pada abad ke-20, konsep Islami itu dilupakan dalam pembangunan industri yang begitu cepat. Untuk menyelamatkan keberlanjutan arsitektur Islam, Martin menyarankan agar, umat Islam harus benar-benar mengabaikan arsitektur Barat yang tak menggunakan semangat Islam dan merusak kebudayaan tradisional. Selain itu, umat Islam perlu memahami esensi arsitektur Islam dan memasukan teknologi bangunan modern sebagai alat dalam mengekpresikan esensi ini.

Apalagi, arsitektur Islam pernah mengalami masa keemasannya di era Utsmaniyah, masa Abbasiyah dan Seljuk (Masjid Jami di Isfahan, Spanyol dengan Masjid Cordova dan Istana Granada, India (Taj Mahal) dan lainnya.

Menurut Prof Jonathan Bloom dan Sheila Blair dari Boston College dalam bukunya The Art and Architecture Islam, ide seni dan arsitektur tradisional Islam yang berkembang pada abad ke-7 yang mencakup arsitektur dan seni di daratan Atlantik hingga ke lautan Hindia telah memberi pengaruh kepada Barat untuk mengembangkan seni dan arsitektur Islam. Dan hingga abad ke-19 dan 20, jelas Blair dan Bloom, seni dan arsitektur Islam masih tetap berpengaruh bagi negara-negara di Eropa dan Amerika.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement