REPUBLIKA.CO.ID, Agama Islam mulai bersemi di Khwarizmia sejak awal abad ke-8 M. Umat Muslim menguasai wilayah itu pada tahun 712 M dibawah pimpinan Kutayba Ibnu Muslim Al-Bahili - seorang letnan dari Gubernur Besar Khurasan, Al-Hadjadj bin Yusuf. Islam memasuki Khwarizmi secara bertahap, laiknya proses berkembangnya agama Allah SWT itu di Khurasan dan Tansoxiana.
Memasuki awal abad ke-10 M, Khwarizmia memiliki dua ibu kota. Di wilayah yang termasuk dalam kawasan Persia ibu kotanya berada di Jurjaniyah atau Gurganj. Sedangkan, wilayah Khwarizmi yang terletak di sebelah Timur Turki beribu kota Kath. Para geografer abad itu mendeskripsikan Khwarizmia sebagai wilayah yang sangat dingin, namun perdagangan dan bisnisnya justru berkembang pesat.
Tak heran, jika rakyat di negeri itu hidup dalam kemakmuran dan kesejahteraan. Geografer abad ke-10 M, Ibnu Fadlan memaparkan bukti melimpah-ruahnya kekayaan negeri Khwarizmia. Menurut dia, ketika akan melakukan ekspedisi ke Raja Bulghars, dari Gurganj - ibu kota Khwarizmia yang berada di Persia - berangkat 5.000 orang dengan menumpang 3.000 ekor unta.
Rakyat Khwarizmia menikmati kemakmuran dan kekayaan dari beragam hasil bumi dan industri yang berkembang pesat pada era kejayaan Islam itu. Sumber kemakmuran itu berasal dari aneka buah-buahan, karpet, kain berukat bercampur kapas serta kain sutera. Selain berkembang pesat secara ekonomi, Khawarizmia pun menjadi pusat studi ilmu pengetahuan dan peradaban.
Tak heran, jika Khwarizmia pun menjadi tanah kelahiran para ilmuwan. Dari negeri itu telah muncul sederet ahli hadits, pakar hukum, dan ahli agama. Salah satu ilmuwan terkemuka yang berasal dari Khwarizmia adalah Al-Khwarizmi (780 M - 850 M) - ahli matematika. Selain itu, Khwarizmia juga telah melahirkan ilmuwan pendiri tiga ilmu, Al-Biruni (973 M - 1050 M).
Di wilayah itu telah lahir pula sastrawan terkemuka Abu Bakr Muhammad bin Al-Abbas Al-Khwarizmi (wafat 993 M). Tokoh lainnya yang berasal dari Khwarizmia adalah Abu Abd Allah Muhammad bin Ahmad Al-Khwarizmi perintis penulis ensiklopedia sains. Salah satu karyanya yang terkenal adalah Mafatih Al-Ulum(Kunci Menuju Ilmu Pengetahuan).
Pada abad ke-11 M, di wilayah itu berdiri Kerajaan Khwarizmi. Memasuki awal abad ke-13 M, di bawah kekuasaan Shah Allh Al-Din Muhammad II, kerajaan itu menguasai seluruh kawasan Persia. Sekitar tahun 1141 M, Yelu Dashi mengambil alih Khwarizmia. Negeri yang kaya raya dan makmur itu sempat diluluh-lantakan oleh bangsa Mongol yang dipimpin Jengis Khan dari tahun 1218 M hingga 1220 M.
Dengan kekuatan 200 ribu pasukan, Jengiskan membumihanguskan Khwarizmia. Kekuasaan bangsa Mongol di negeri itu berakhir pada pertengahan abad ke-13 M. Khwarizmia meraih kebebasan dari penjajahan Mongol di bawah Dinasti Sufiyah. Wilayah itu pun terbagi menjadi dua antara White Horde dan Jagatai Khanate. Ibu kota Khwarizmia, Old Urgench pun kembali dibangun dan terus berubah menjadi pusat perdagangan terbesar dan paling penting di Asia Tengah.
Pada abad ke-14 M, ibu kota Khwarizmia, Old Urgench kembali dihancurkan oleh invansi yang dilakukan Timur Lenk. Nama Khwarizmia pun perlahan mulai pudar. Di abad ke-16 M, nama wilayah itu telah berubah menjadi Kekhanan Khiva yang berada di bawah kekuasaan Astrakhans - sebuah dinasti yang masih keturunan Jengis Khan.
Wilayah kekuasaan Khwarizmia atau Kekhanan Khiva terus menyusut di abad ke-19 M. Padahal, pada era kejayaannya wilayah kekuasaan Khwarizmia meliputi dataran tinggi Ust-Urt dan kemungkinan membentang ke barat sampai ke pantai timur dari Laut Kaspia bagian utara. Menyusutnya wilayah itu terjadi setelah pada 1873 M, Rusia ekspansi ke Turkistan termasuk Khwarizmia.
Setelah Uni Soviet pecah pada 1991, wilayah Khwarizmia terbagi ke dalam beberapa negara seperti Uzbekistan, Turkmenistan, dan Tajikistan. Sedangkan wilayah Selatan Khwarizmia masuk dalam kekuasaan Iran. Sekarang di wilayah bekas Khwarizmia dihuni beragam etnis seperti etnis Uzbek, etnis Turkmenistan, Persia, orang Tajikistan, dan orang Kazakhstan.