REPUBLIKA.CO.ID,Khwarizmia. Inilah salah satu wilayah yang amat penting dalam perkembangan agama Islam di wilayah Asia Tengah. Tanah kelahiran sederet ilmuwan Muslim termasyhur itu merupakan negeri yang berpusat di delta Sungai Amu Darya di Laut Aral meliputi wilayah Iran, Uzbekistan, Turkmenistan dan Tajikistan. Negeri itu telah melahirkan sederet ilmuwan dan ulama kondang.
Pada era kejayaan Islam, Khwarizmia sempat menjelma menjadi pusat ilmu pengetahuan dan perdagangan terkemuka. Negeri yang beribu kota Urgench Tua itu juga dikenal sangat indah dan makmur. ''Belum pernah kusaksikan sebuah kota yang kaya dan indah selain Urgench,'' ungkap Geografer Muslim, Yaqut Al-Hamawi, dalam risalah bertajuk 'Mu'jem Al-Baladan'.
Memasuki abad ke-17, nama Khwarizmia berubah menjadi Kekhanan Khiva dan Urgench pun berganti nama menjadi Khiva. Geografer Muslim, Istakhri dalam kitab Al-Masalik wa Al-Mamalik menyatakan Khwarizmia merupakan bagian dari Khurasan dan Transoxiania. Secara geografis, Khwarizmia berbatasan dengan Khurasan di sebelah Selatan.
Di bagian Utara, negeri yang dijuluki penyair Persia, Khaqani Shirvani sebagai 'pembawa perdamaian dunia' itu bersebelahan dengan kerajaan suku Alan. Sedangkan di bagian Tenggara, Khwarizmia bertetangga dengan Kangju dan Sogdiana. Sementara di bagian Timur Laut berdekatan dengan suku Hun.
Menurut Arkeolog Rusia, Sergei Pavlovich Tolstov, manusia pertama yang mendiami Khwarizmia adalah orang Hurrian yang berasal dari wilayah Transcaucasian Iberia. Khwarizmia kuno, menurut Tolstov, sempat dipimpin dua penguasa yang terkenal yakni Sijavus pada abad ke-7 SM dan Aurvat-Aspa pada tahun 600 SM.
Ilmuwan Islam kelahiran Khwarizmia, Al-Biruni menuturkan, sejak abad ke-4 hingga 8 M, tanah kelahirannya dikuasai Dinasti Afrigid. Khiva atau Urgench Tua menjadi pusat pemerintahan kerajaan itu sejak tahun 410 M. Pamor Khwarizmia kian kinclong secara internasional sejak wilayah itu menjadi bagian dari Jalur Sutera.