REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Dunia ini Allah Subhanahu Wa Ta'ala (SWT) ciptakan karena ada cahaya Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam (SAW). Cahaya Nabi SAW meliputi langit dan bumi.
"Namun Nabi tidak memintingkan dunia. Nabi Muhammad SAW tidak mementingkan dunia dan tidak pula memedulikan bunga dunia yang lekas layu," tulis Prof Hamka dalam bukunya "Sejarah Umat Islam Pra Kenabian Hingga Islam di Nusantara".
Perhiasan hidupnya hanya taat kepada Allah dan semboyannya hanyalah menahan nafsu dan mencukupkan apa yang ada. Pakaiannya hanya sekedar yang perlu, selebihnya Untuk sahabatnya.
"Hidupnya amat sederhana, makanannya sekedar kenyang, hamparannya dari jalinan rumput," katanya.
Nabi SAW pernah menderita lapar karena tidak ada yang bisa dimasak sehingga ia berpuasa. ketika meninggal tidaklah ia meninggalkan uang sedinar atau sedirhampun.
"Peninggalannya ketika wafat hanyalah sebuah senjata, seekor kuda tunggangan, dan tanah yang telah disedekahkan," katanya.
Sahabat-sahabatnya hidup dalam kekayaan karena harta rampasan ketika negeri-negeri di sekelilingnya telah takluk. Padahal, dalam kesempatan yang sebaik itu rumah tinggalnya kosong dari perhiasan dan pernah kekurangan makanan berhari-hari.
Umar pernah berkata dengan air mata berlinang, "Mengapa begini ya Rasulullah? padahal kunci Masriq dan Magribi telah terpegang di tangan Tuan."
Nabi SAW menjawab. "Aku Nabi bukan kaisar."
Istri-istrinya pernah disuruh memilih, ikut terus dengannya atau bercerai jika mereka tidak tahan bersuamikan Nabi. Karena ia tidak mencintai dunia.
Nabi SAW tidak meninggalkan kekayaan harta benda, kekayaan benda akan habis, tetapi ia telah meninggalkan kekayaan jiwa yang seluas langit dan bumi. Nabi SAW sangat takut kepada Allah dan sangat kuat beribadah, taat dan muhibah (cinta), lama salatnya, terutama sholat malam hingga kapalan lututnya.
"Demikianlah kemuliaan Nabi di sisi Allah, tetapi kerap kali ia menangis memohon belas kasihan Allah," katanya.