Sebagian aktif menerjemahkan kitab-kitab tersebut ke dalam bahasa Inggris atau Latin. Adelard of Bath, Gerrad van Cremona, dan Petrus Alfonsi adalah beberapa tokoh besar Eropa yang menerjemahkan karya Muslim.
Inggris, misalnya, catat Roman, hubungan negara ini dengan Islam berkaitan dengan Muslim Spanyol dan Perang Salib.
Michael Scot (1175-1235), astrolog Inggris dan ahli kimia terkemuka, serta Adelard of Bath, guru Raja Henry II. Keduanya menghabiskan sebagian waktu di universitas Islam untuk mempelajari sains dan filsafat.
Sepulang ke negara asal, para sarjana ini membawa harta karun berupa manuskrip atau terjemahan manuskrip Islam.
Termasuk, Canon of Medicine karya Ibnu Sina. Pekerjaan penerjemahan ini terus berlangsung hingga abad ke-13 dan 14. Karena itu, tidak mengherankan bila banyak karya Muslim yang kini hanya ditemukan terjemahannya di perpustakaan Eropa.
Proses ini juga terkait dengan perpindahan ilmu pengetahuan dari dunia Islam ke Barat.
Mehdi Nakosteen dalam History of Islamic Origins of Western Education A.D. 800-1350 : With an Introduction to Medieval Muslim Education mengungkapkan, transformasi ilmu pengetahuan Islam ke Barat dibangun melalui dua cara.
Pertama, melalui para mahasiswa dan cendekiawan Eropa yang menimba ilmu di sekolah-sekolah tinggi atau universitas Islam di Spanyol. Kedua, melalui hasil karya cendekiawan Muslim yang diterjemahkan dari bahasa Arab ke bahasa mereka
Baca juga: Pernah Benci Islam hingga Pukul Seorang Muslim, Mualaf Eduardo Akhirnya Bersyahadat
Sementara itu, Kolonialisme membawa pengaruh besar bagi keberadaan manuskrip Islam. Pada masa inilah, perpindahan manuskrip Islam dalam skala besar terjadi.
Pakar arkeologi Islam, Uka Tjandrasasmita, mengungkapkan, pada masa penjajahan Belanda di Indonesia, kolonialis melakukan pengumpulan dan penjarahan naskah. Salah satu fungsinya untuk melanggengkan penjajahan dan mengaburkan jejak peradaban Islam.
Akibatnya, umat Islam kehilangan sumber autentik karya para ulama dan intelektual Muslim. Menurut dia, di Belanda, manuskrip Islam Indonesia yang ditulis dalam aksara Jawi mencapai 5.000 naskah.
Belum lagi, manuskrip beraksara pegon dan Arab. Sebagian besar naskah tersebut tersimpan di Leiden.