Ahad 11 Dec 2022 18:00 WIB

Sejarah Maroko dalam Tulisan Buya Hamka.

Buya Hamka menulis tentang sejarah Maroko.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Hafil
 Sejarah Maroko dalam Tulisan Buya Hamka. Foto:  Buya Hamka dan isterinya
Foto: Google.com
Sejarah Maroko dalam Tulisan Buya Hamka. Foto: Buya Hamka dan isterinya

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Maroko merupakan negara yang ada di Afrika Utara. Dulu Afrika Utara ini dikenal dengan sebutan Maghribi yang telah berdiri beberapa kerajaan besar dan kecil yang kekuasaannya meluas sampai ke Andalusia dan Pulau Sicilia.

Prof Dr Hamka mengatakan, kerajaan di Afrika Utara juga ada yang mampu mendirikan beberapa pusat kekuasaan di tepi-tepi pantai laut putih, seperti Aghlab, Bani Idris, Murabithin, Muwahiddin dan Bani Maryin. Murabithin merupakan kerajaan besar di Afrika Utara yang pada akhirnya penerusnya kerajaan ini mendirikan sebuah negara Marrakisy atau  Maroko. 

Baca Juga

Maroko didirikan oleh Abu Bakar yang merupakan anak sodara perempuannya (keponakan) dari Abdullah ibnu Tasyfin. Abdullah merupakan ahli fiqih yang masyhur di negeri Sus, mendirikan kekuasan di negeri sus atau kerajaan Murabithin yang terjadi pada tahun 1084 Masehi.

Murabithin didirikan setelah pendirinya melihat beberapa kekacauan yang terjadi di dalam negeri pada masa itu. Murabithin  artinya golongan yang tekun menyembah Allah dan mengawal perbatasan Rubath dan semua anggota yang masuk ikatan perkumpulan ini bersatu serta setia kepada pendirinya.

Setelah Abdullah Ibnu Tasyfin meninggal diangkatlah Yusuf Ibnu Tasyfin (pamannya) menjadi pengganti Abdullah. Pada zaman pemerintahan Yusuf dibelinya banyak budak dari Genua, lalu dididiknya menjadi serdadu. Dengan bala tentara yang sebagian besar terdiri dari budak-budak yang dimerdekakan. 

"Dari budak-budak yang menjadi prajurit tangguh itu dapatlah mereka merampas  Faas dari tangan Bani Idris yang telah lemah, dan dapat pula dirampasnya energi miknas dari tangan bangsa Arab dan Barbar," tulis Prof Hamka dalam "Sejarah Umat Islam Pra Kenabian Hingga Islam di Nusantara".

Kemudian dengan berturut-turut jatuhlah negeri Thanjah (Tanger), Sibtah dan Salah. Sejak itu penduduk Maghribi mengakui kekuasaan Murabithin. Setelah kaum muslimin di Spanyol terdesak oleh kekuasaan bangsa Spanyol sehingga persatuan mereka kocar-kacir, raja-raja Granada dan Sevilla bersatu hati Meminta perlindungan dari Yusuf Ibnu Tasyfin yang telah mulai kuat kekuasaannya di Afrika. 

Ibnu Ubbad yang menganjurkan pemanggilan tentara raja Afrika telah ditegur oleh orang-orang besarnya karena meminta bantuan itu. Mereka takut kalau negeri mereka kelak akan dikuasai oleh kerajaan itu. 

Ibnu Ubbad menjawab, "Menjadi gembala unta di padang pasir Afrika lebih aku sukai daripada menjadi gembala babi di tanah Spanyol."

Atas permintaan Ibnu Ubbad itu Yusuf Ibnu Tasyfin datang ke negeri Spanyol dengan bala tentara yang besar dan kuat. Pertahanan kaum Nasrani Spanyol dapat dihancur leburkan. Namun, seperti sebuah kebetulan dari apa yang pernah diramalkan sebelumnya, terbetik niat pada hati Yusuf hendak menguasai terus negeri itu setelah terlihat olehnya keindah dan kemajuan Negeri Andalusia. 

Tentu saja penduduk Arab (Moor) di Spanyol tidak senang mendengar maksud demikian. Sehingga timbullah perpecahan batin.  Maksud mereka meminta bantuan pada Murabithin in dahulu, hanyalah karena mengharapkan perbantuan seagama bukan untuk dijajah. 

"Rupanya, jejak itu mengandung maksud lain pulau, ada udang dibalik batu," kata Prof Hamka.

Sejak itu timbullah rasa benci antara kedua belah pihak, yaitu Muslimin Spanyol yang meminta bantuan dan Muslimin Afrika yang memberikan bantuan. Bangsa Spanyol Nasrani lekas mengetahui hal ini sebab banyak spion (mata-mata) mereka di kalangan kaum muslimin. 

"Ketika itulah mereka menyusun kembali tentara yang kuat hendak memerangi kaum muslimin yang telah terpecah itu," tulis Prof Hamka.

Meskipun tentara Spanyol terhitung kuat tetapi tentara Murabithin lebih kuat lagi walaupun ia tidak mendapat bantuan dari bangsa Arab sebab kedatangannya dipandang oleh bangsa Arab Spanyol bukan hendak membantu, tetapi hendak merampas kemerdekaan orang yang dibantu. Ahirnya, maksud Murabithin  tercapai juga, bala tentara Murabithin menang menghadapi musuh-musuhnya sehingga Negeri Kordova, Granada, Sevilla dan lain-lain dapat ditaklukan. 

"Akhirnya kepala-kepala negeri dan raja-raja negeri itu ditawannya lalu mereka dibuang atau dibawa ke Afrika," katanya.

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement