REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Maroko termasuk negara yang berpenduduk mayoritas Muslim. Jumlah Muslim di negeri ini hampir 99 persen dari populasi.
Dalam beberapa literatur sejarah tercatat bahwa Islam pertama kali dibawa ke Maroko saat invasi Arab di bawah pimpinan Uqba ibn Nafi, seorang jenderal Dinasti Umayyah di Damaskus.
Apakah benar demikian? Siapa sebenarnya yang membawa Islam ke Maroko? Islam dalam perjalannya memang mempunya sosok panglima perang yang tangguh, mulai dari zaman Rasulullah SAW, zaman khulafaur rasyidin, hingga zaman-zaman dinasti monarki kekhilafahan setelahnya.
Dalam buku berjudul “Dari Negeri Matahari Terbenam” terbitan Jejak, Ziyan Al-Ghifari menjelaskan bahwa Uqbah bin Nafi’ memang sosok panglima tangguh yang ditunjuk Utsman bin Affan untuk menaklukkan berbagai daerah Maghrib. Dengan ketangkasannya dalam memimpin, akhirnya ekspedisi panaklukan sampai ke ujung barat Afrika utara, yakni daerah Maroko pada 22 Hijriyah.
Namun, kemudian timbul pertanyaan, bukankah yang menaklukkan daerah Aljazair dan Maroko adalah Musa bin Nushair pada zaman Kekhalifahan Umayyah?
Berdasarkan penelitian para sejarawan, ternyata penaklukkan yang dilakukan panglima Uqbah bin Nafi’ saat itu tidak kokoh, masih banyak kerapuhan.
Hal ini karena penaklukan hanya dilakukan sekilas dan tidak banyak dilakukan pembelajaran dan dakwah tentang Islam lebih dalam. Hingga akhirnya, banyak penduduk yang tadinya sudah mualaf akhirnya kembali dalam kemurtadan dan kekafiran.
Sebab lain, karena Uqbah bin Nafi’ dan kaum Muslimin yang ikut bersamanya, menaklukkan kawasan itu pertama kalau dengan cepat, tanpa menyempurnakan dan menyiapkan basis perlindungan terhadap kepentingan mereka di wilayah-wilayah yang mereka taklukkan.
Karena itu sebagai dampaknya, Suku Amazigh (suku asli penduduk Afrika Utara di Maroko) menyadari hal tersebut dan memanfaatkannya dengan baik. Mereka pun balik menyerang Uqbah hingga mengepung dan membunuhnya.
Pada zaman khalifah Dinasti Umayyah, yakni Al-Walid bin Abdul Malik baru lah memperbaharui ulang penaklukan ke daerah Maghrib tersebut.
Khalifah saat itu menunjuk Musa bin Nushair menjadi gubernur Afrika Utara yang berpusat di Kauiruan (Tunisia) dan memerintahkannya juga untuk memimpin pasukan dalam menaklukkan Maghrib untuk kali kedua pada 85 Hijriah.
Kesalahan yang sama tak mungkin diulang. Karena, hanya orang bodoh saja yang jatuh di lubang yang sama. Atas dasar itu, pasukan Musa bin Nushair kemudian memperkuat basis di daerah penaklukan dan bersamanya banyak disertai kalangan pendakwah dan ulama.
“Sehingga ketika penaklukan Maghrib berhasil, ulama-ulama ini ditugaskan untuk menanamkan nilai-nilai Islam yang lebih dalam kepada penduduk yang mau memeluk Islam,” Ziyan Al-Ghifari.