Senin 28 Nov 2022 19:22 WIB

Belajar dari Kegagalan Cinta Salman Al-Farisi, Sahabat Nabi Muhammad SAW

Salman Al Farisi merupakan sosok sahabat Nabi Muhammad SAW yang penyabar

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi Sahabat Nabi Muhammad SAW. Salman Al Farisi merupakan sosok sahabat Nabi Muhammad SAW yang penyabar
Foto:

Namun, sang tuan rumah tidak langsung memberi keputusan. Seperti yang diajarkan Rasulullah SAW, ia terlebih dahulu menanyakan pendapat putrinya tentang lamaran tersebut. 

“Jadi, saya serahkan keputusan pada putri kami,” ujarnya kepada kedua tamunya itu. Selama beberapa menit, ia meninggalkan Salman dan Abu Darda sejenak di ruang tamu. Dari arah kamar, kemudian datanglah sang tuan rumah dan istrinya. Adapun putri mereka berada di balik hijab. 

Gadis itu telah mengetahui duduk perkara kedatangan Salman dan Abu Darda. Sejurus kemudian, ibunda wanita itu berkata, “Mohon maaf kami perlu berterus terang.”

Seketika, kedua tamu itu merasa tegang menanti jawaban. “Maaf atas keterusterangan kami. Putri kami menolak lamaran Salman,” sambung si ibu. 

Jawaban tersebut sempat mengguncang hati Salman. Bagaimanapun, sahabat Nabi Muhammad SAW itu tetap tegar. 

Ternyata apa yang ingin disampaikan istri tuan rumah itu belum selesai. “Namun, karena kalian berdualah yang datang kepada kami, dengan mengharap ridha Allah, saya ingin menyampaikan. Putri kami akan menjawab iya apabila Abu Darda yang memiliki keinginan yang sama seperti Salman.” 

Perkataan itu menggetarkan lagi dada Salman. Ternyata gadis yang ingin dilamarnya itu lebih memilih Abu Darda. 

Boleh jadi, sang sahabat Nabi SAW akan patah hati menghadapi situasi ini. Akan tetapi, yang ditunjukkannya adalah perasaan gembira. 

Kekukuhan iman membuatnya ikut senang dengan kebahagiaan yang diterima kawannya, Abu Darda. 

“Allahu akbar, semua mahar dan harta yang kupersiapkan hari ini akan kuserahkan kepada Abu Darda. Aku pun bersedia menjadi saksi pernikahan kalian,” katanya dengan wajah senang dan kelapangan hati.

Baca juga: Penyebutan Nabi Muhammad SAW dalam Taurat dan Permintaan Nabi Musa AS

Akhirnya, disepakatilah mengenai tanggal pernikahan. Dalam perjalanan pulang, Abu Darda mengungkapkan perasaannya,  Wahai Salman, aku merasa malu padamu atas terjadinya peristiwa tadi.” 

“Aku lebih pantas merasa malu denganmu. Aku memang hendak melamarnya, sementara Allah telah memutuskan bahwa wanita tersebut adalah untukmu,” kata Salman. 

 

Alih-alih kecewa atau iri dengki, ia ikut merasa gembira dengan rezeki Allah SWT yang sampai pada sahabatnya. Ketegaran dan ketulusan hatinya patut menjadi uswah bagi kita semua.     

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement