Senin 28 Nov 2022 00:01 WIB

Menguak Hikmah di Balik Bencana

Ada hikmah di balik bencana.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Muhammad Hafil
Menguak Hikmah di Balik Bencana. Foto: Suasana SD Negeri Gasol yang rusak akibat gempa di Desa Gasol, Kecamatan Cugenang, Kabuoaten Cianjur, Jawa Barat, Ahad (26)7/11/2022). Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, sebanyak 526 infastruktur rusak, yakni 363 bangunan sekolah, 144 tempat ibadah, 16 gedung perkantoran, dan tiga fasilitas kesehatan. Sedangkan jumlah rumah warga yang rusak sebanyak 56.320 unit. Republika/Thoudy Badai
Foto: Republika/Thoudy Badai
Menguak Hikmah di Balik Bencana. Foto: Suasana SD Negeri Gasol yang rusak akibat gempa di Desa Gasol, Kecamatan Cugenang, Kabuoaten Cianjur, Jawa Barat, Ahad (26)7/11/2022). Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, sebanyak 526 infastruktur rusak, yakni 363 bangunan sekolah, 144 tempat ibadah, 16 gedung perkantoran, dan tiga fasilitas kesehatan. Sedangkan jumlah rumah warga yang rusak sebanyak 56.320 unit. Republika/Thoudy Badai

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kehidupan manusia layaknya sekolah kehidupan yang memiliki waktu pengujian. Ujian bisa datang dari beragam bentuk, salah satunya bisa datang dalam rupa bencana ataupun musibah.

Namun demikian sebagai umat yang beriman, agama Islam membekali umat Muslim tuntunan untuk senantiasa lulus dengan nilai jayyid jiddan dari setiap ujian ataupun musibah yang menerpa. Ustazah Afridariya dari Pondok Pesantren Daarul Rahman 2 Bogor mengatakan, musibah bisa diartikan menjadi tiga hal. Yakni teguran, ujian, dan juga peringatan.

Baca Juga

"Setiap manusia pasti akan diberikan ujiannya masing-masing oleh Allah. Dan bencana bisa diartikan menjadi tiga hal," kata Ustazah Ida saat dihubungi Republika belum lama ini.

Menurut Ustazah Ida, ketika musibah datang menghampiri umat Islam maka seyogyanya seorang Muslim harus mengingat bahwa itu adalah sebuah ujian yang harus dilewati. Ketika musibah datang, kata Ustazah Ida, hal pertama yang harus dilakukan adalah menerima musibah itu dengan kesabaran dan juga tawakal.

Sebab tanpa kesabaran dan ketawakalan, penerimaan terhadap musibah yang datang dikhawatirkan akan dilalui dengan jalan-jalan yang menjauhkan dirinya dari Allah SWT. Setelah proses penerimaan terhadap musibah itu telah pandai dijalankan, Ustazah Ida menyarankan kepada umat Islam untuk senantiasa menguatkan rukun Islamnya.

"Amalan-amalan ibadah dikuatkan. Amalan yang seperti apa? Amalan yang tertuang dalam rukun Islam. Itu saja dulu dikuatkan," kata dia.

Ustazah Ida juga menambahkan bahwa di balik musibah, hikmah yang perlu diingat adalah barangkali musibah datang sebagai teguran. Yakni teguran mengenai haqqullah (hak Allah dari hamba-Nya) dan haqqul-Adam (hak manusia terhadap manusia) yang harus lebih dikuatkan kembali.

Umat Islam seyogyanya perlu berpikiran positif terhadap setiap musibah yang datang. Sebab rahmat Allah SWT senantiasa menaungi setiap makhluk-Nya. Sehingga jangan sampai hadirnya musibah justru menjadi pengikis iman apalagi menjadi ruang bagi diri untuk menjauhkan diri dari Allah SWT.

"Mari introspeksi diri, memperbaiki diri, bermuhasabah. Kita dekatkan diri kepada Allah. Ambil hikmah dari setiap musibah. Barangkali Allah rindu pada kita, Allah ingin kita menangis, mengadu, dan berserah kepada-Nya," kata Ustazah Ida.

Salah satu Koordinator Ikatan Keluarga Alumni Daarul Rahman (Ikdar) Care Wala Nur Azizah mengatakan, musibah gempa yang menerjang Cianjur, Jawa Barat, merupakan cobaan yang perlu dihadapi dengan iman dan kebersamaan. Untuk itu sebagai ajang kemanusiaan, Ikdar sebagai wadah alumni Ponpes Daarul Rahman di bawah naungan KH Syukron Ma'mun tak tinggal diam ketika musibah datang.

"Salah satu upaya Ikdar Care adalah dengan urunan, mencari donasi dari para alumni untuk membantu sahabat-sahabat kita di Cianjur yang terkena dampak gempa. Terutama mereka yang merupakan alumni dari Daarul Rahman," kata Wala.

Nantinya donasi yang terkumpul akan disalurkan kepada para korban terdampak gempa berupa sembako maupun bantuan uang dan lainnya. Wala percaya bahwa setiap musibah yang datang kepada hamba Allah merupakan sebuah ujian yang harus dilewati dengan tawakal.

Salah satu penyintas gempa Lombok, Ustaz Arif Maulana, mengatakan turut berbela sungkawa atas terjadinya musibah gempa di Cianjur. Meski makna musibah terbagi menjadi tiga yakni ujian, peringatan, dan juga adzab, dia meyakini bahwa musibah gempa di Cianjur merupakan ujian dan juga peringatan dari Allah SWT.

"Kita sebagai Muslim berempati terhadap gempa yang terjadi di Cianjur. Insya Allah itu bukan adzab, tapi ujian atau barangkali peringatan," kata Ustaz Arif.

Dia mengenang musibah gempa bumi yang menerjang Lombok pada 2018 silam. Di masa itu sebagaimana musibah pada umumnya, kata dia, keadaan korban sangatlah sengsara. Baik saat gempa terjadi ataupun setelah gempa berlalu. Sektor ekonomi, pendidikan, hingga sosial dalam sekejap lumpuh pasca-gempa.

Maka ketika keadaan menjadi serba sulit, kata Ustaz Arif, hal pertama yang harus dilakukan seorang Muslim adalah berpasrah. Menyadari bahwa semua yang manusia miliki adalah milik Allah dan kapanpun milik-Nya itu ingin diambil, maka akan diambil

"Kita sadarkan diri kita dulu bahwa Allah itu Maha Kuat, sedangkan kita lemah sekali," kata dia.

Dia menjelaskan bahwa manusia memiliki banyak teori tentang gempa, tsunami, maupun teori-teori tentang bencana alam. Namun ketika bencana alam itu datang, kata dia, keadaan seolah tak bisa diprediksi. Itu menandakan bahwa manusia begitu lemahnya di hadapan Allah SWT.

Untuk itu Ustaz Arif mengajak kepada umat Islam untuk senantiasa mencari hikmah di balik musibah. Ketika musibah itu datang, maka amalan pertama yang perlu dilakukan adalah dengan memperbanyak mengucapkan istighfar.

"Bahkan dalam keadaan kita memiliki nikmat sekalipun, kita harus beristighfar. Agar apa? Agar nikmat yang kita dapat tidak membuat kita lalai. Dan selayaknya kita menjadikan setiap kesulitan kita adalah ujian kesabaran," kata Ustaz Arif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement