Ahad 20 Nov 2022 22:00 WIB

Temuan Roket Pertama Hassan al-Rahmah Diakui Barat

Hassan al-Rahmah menuliskan buku tentang roket.

Ilmuwan Muslim.
Foto: Metaexistence.org
Ilmuwan Muslim.

REPUBLIKA.CO.ID, Bermula dari sebuah buku, Hassan al-Rahmah, sarjana Suriah pada abad ke-13 tersebut mengenalkan teknologi militer berupa roket. Ia tak hanya menuliskan buku tentang roket, tetapi juga membuat roket. Pada akhirnya, roket dan buku karya al-Rammah menjadi sebuah jejak bagi pengembangan teknologi roket berikutnya. Roket pertama yang terdokumentasikan dalam bukunya dipamerkan di National Air and Space Museum, Washington DC, Amerika Serikat (AS).

Pada September 2000, seorang ilmuwan dari Zurich, Swiss, Prof Dr Mohamed Mansour, berkunjung ke Washington DC. Ia tak hanya mendapatkan informasi tentang pembuatan roket, tapi juga bahan bakarnya. Ia bahkan mendapatkan salinan buku al-Rammah yang telah diedit.

Baca Juga

Dalam bukunya, al-Rammah memang tak hanya membahas pembuatan roket, tapi juga memberikan gambaran mengenai penggunaan bubuk mesiu. Pada masa berikutnya, mesiu ini akan menjadi hal yang penting dalam perkembangan teknologi dan alat militer, yakni berupa meriam.

Buku karya al-Rammah merupakan buku pertama yang menjelaskan prosedur pemurnian potasium nitrat untuk menghasilkan ledakan dahsyat. Ia tentu tak sembarang menulis sebab terlebih dahulu ia melakukan uji ledak takaran mesiu yang dibuatnya.

Pada masa sebelumnya, yaitu abad ke-10, sarjana seperti al-Razi dan al-Hamdany juga telah memberikan gambaran tentang potasium nitrat dalam pembuatan komposisi mesiu. Pada abad yang sama, tulisan mereka juga diperoleh dalam sebuah manuskrip berbahasa Arab Suriah.

Menurut seorang cendekiawan bernama Ibnu al-Bitar, pada 1240, dalam manuskrip berbahasa Arab Suriah itu diterangkan sejumlah resep pembuatan mesiu, salah satunya menggunakan potasium nitrat. Di sisi lain, ada pula terjemahan manuskrip tersebut.

Berdasarkan catatan sejarah, buku bahasa Latin berjudul Liber Ignium karya Marcus Graecus berangka tahun 1300, merupakan terjemahan dari buku berbahasa Arab itu. Isinya banyak tulisan mengenai komposisi bahan pembuatan mesiu.

Sebenarnya, buku berbahasa Arab mengenai mesiu ataupun bidang kimia banyak dipelajari orang-orang Barat. Seorang ilmuwan berkebangsaan Jerman, Albert Magnus, memperoleh informasi Liber Ignium dari buku berbahasa Arab yang telah diterjemahkan di Spanyol.

Jejak-jejak penggunaan potasium nitrat juga ditemukan pada1218 selama pengepungan Dumyat dan dalam pertempuran Al-Mansoura pada 1249. Di sisi lain, sejumlah sejarawan memperkirakan orang-orang Cina kemungkinan mengenal mesiu dari para pedagang Arab.

Setidaknya, ada empat manuskrip berbahasa Arab dikenal sebagai Almakhzoun, yang menjelaskan tentang hal tersebut. Satu manuskrip terdapat di St Petersburg (Rusia), dua di Paris (Prancis), dan satu lagi di Istanbul (Turki) pada 1320. Manuskrip tersebut menggambarkan meriam portabel dengan bubuk mesiu. Penggambaran meriamnya pada prinsipnya sama dengan senjata modern.

Meriam telah digunakan dalam banyak pertempuran, seperti pertempuran Ain-Galout, yang terkenal dalam melawan invasi Mongol pada 1260. Dinasti Mamluk telah mengembangkan kanon lebih lanjut pada abad ke-14.

Tentara Arab juga telah menggunakan meriam. Mereka menggunakan senjata itu untuk melindungi kota-kota di Spanyol, seperti Sevilla pada 1248, Granada pada 1319, Baza atau Albacete pada 1324, Martos dan Huescar pada 1325, Alicante pada 1331, serta Algeziras antara 1342-1344.

Dapat disimpulkan, sejarah artileri di Spanyol terkait dengan orang-orang Arab. Pada masa pertengahan, orang-orang Arab juga memperkenalkan senjata api ke Spanyol. Kemudian, senjata tersebut dikenal di Italia, Perancis, dan akhirnya sampai ke Jerman. 

sumber : Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement