Jumat 18 Nov 2022 18:18 WIB

Jembatan Malabadi, Jembatan Batu Terlebar di Anatolia

Arsitektur Jembatan Malabadi masih membetot perhatian para arsitek.

Jembatan Malabadi.
Foto: wikipedia
Jembatan Malabadi.

REPUBLIKA.CO.ID, Anatolia atau Turki merupakan wilayah yang selalu menjadi rebutan dinasti-dinasti pada era keemasan Islam. Setiap dinasti yang berkuasa di wilayah itu mewariskan berbagai bangunan bersejarah yang memperkaya khazanah peradaban Islam. Salah satu dinasti Islam yang pernah berkuasa di Anatolia pada abad ke-11 dan 12 M adalah Artukid.

Salah satu saksi sejarah yang mengabadikan kejayaan Dinasti Artukid di wilayah Anatolia adalah Jembatan Malabadi. Inilah salah satu karya besar para insinyur Muslim pada abad ke-11 dan 12 M. Jembatan tersebut terletak di atas Sungai Batman yang memisahkan antara Provinsi Diyarbakir dan Batman.

Baca Juga

Berdasarkan penelusuran sejarah yang dilakukan oleh A Doangun dan A Ural dari Universitas Teknik Karadeniz Turki, jembatan itu dibangun sekitar tahun 1147-1148 M pada masa kepemimpinan Raja Artukid, Timurtas Bin Ilgazi. Menurut Doangun dan A Ural, Malabadi adalah jembatan batu terlebar di Anatolia.

Hingga kini, arsitektur Jembatan Malabadi masih membetot perhatian para arsitektur. Betapa tidak, arsitektur dan konstruksi jembatan yang berusia lebih dari delapan abad itu seluruh strukturnya terbuat dari batu yang dibuat dengan bentuk melengkung menyerupai busur, bukan segaris lurus. Pada kedua sisi jembatan dibuat semacam tempat menurunkan penumpang bagi kapal-kapal yang belayar di atas Sungai Batman.

Dahulu, Malabadi merupakan satu-satunya jembatan  yang menghubungkan antara Provinsi Diyarbakir dan Batman. Bahkan, jembatan itu terus digunakan hingga sekitar tahun 1950-an, hingga akhirnya dibuat jembatan baru di sisi lain dari Sungai Batman itu.

Dari sisi bentuk dan strukturnya, jembatan batu itu membentang tegak lurus dengan sungai. Pada sudut-sudut di kedua sisinya dibuat lengkungan yang akhirnya menyatu pada bagian tengah jembatan. Dasar lengkungan itu dimulai dari fondasi yang terletak tepat di sisi sungai.

Karena kondisi geografis sungai yang dataran di kedua sisinya lebih tinggi dari muka air,  dibuat bangunan tambahan yang memungkinkan permukaan jembatan yang berada tepat di atas sungai, sama dengan dataran di kedua sisi sungai.

Jembatan yang sudah berusia ratusan tahun itu dibuat dari susunan batu-batu berwarna. Pada salah satu bangunan tambahan, sengaja dibuat celah berbentuk busur. Celah tersebut berfungsi untuk memberikan jalan pada air dalam kondisi banjir.

Dua dermaga kecil tampak menyatu dengan sungai. Salah satunya, atau yang terletak di bagian barat, dihiasi dengan dua patung ukiran, patung dengan posisi berdiri dan duduk. Jembatan Malabadi memiliki panjang 150 meter, lebar tujuh meter, dan tingginya 19 meter. Tampak dari kejauhan, di sisi kiri dan kanan lengkungan jembatan itu terdapat semacam jendela. Pada bagian itulah terdapat kamar-kamar kecil yang bisa digunakan untuk beristirahat. 

Meskipun sudah dibangun sejak abad XII, Jembatan Malabadi tetap kokoh berdiri. Dari hasil analisis dan perhitungan A Doangun dan A Ural, arsitek yang membangun jembatan itu sudah memperhitungkan berat dan tekanan yang bakal diterima oleh jembatan.

Sehingga, konstruksi jembatan yang terbuat dari batu itu bisa terus bertahan meski tanpa ada tambahan penopang. Sudut-sudutnya sudah diperhitungkan agar jembatan itu bisa menahan atau menopang beratnya sendiri serta kendaraan atau manusia yang lewat di atasnya.

sumber : Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement